Tampilkan postingan dengan label Travelogue. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Travelogue. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 Mei 2015

The Naked Traveler (The Naked Traveler #1) by Trinity

Sub Judul : -
Serial : The Naked Traveler #1
Penulis : Trinity
Penerbit : C Publishing (imprint Bentang Pustaka)
Tahun Terbit : Juni 2007 
Tebal : 282
ISBN : 978-979-24-3936-6

Format : paperback
Status : punya sendiri
Lokasi Cerita : banyak

Periode Baca :  22/04/2015 - 23/04/2015
Rating : 3/5

Blurb : Ada banyak kisah menarik yang dituturkan dengan gaya bahasa yang santai dan ringan oleh Trinity dalam buku ini. Lucu, sedih, mendebarkan, bahkan menyebalkan. Semua itu menjadi bumbu sedap dalam pengalamannya menjadi " Backpacker " yang melanglang buana ke berbagai tempat, baik di dalam maupun diluar negeri.

Membaca buku ini, kita akan memperoleh bermacam informasi tentang kebudayaan berbagai bangsa yang unik, tempat-tempat yang "harus" dikunjungi atau dihindari, serta tips dan trik saat travelling ke sebuah negeri. Pada akhirnya, setelah menutup buku ini, bisa jadi kita semakin mencintai negeri sendiri.

Happy Traveling!


Rabu, 30 April 2014

Meraba Indonesia by Ahmad Yunus

Penulis : Ahmad Yunus
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta, Juli 2011
Tebal : 370 halaman
ISBN : 978-979-024-285-2

Periode Baca : 04/10/2013 - 04/10/2013

Buku ini sudah saya miliki sejak akhir tahun 2012. Tapi karena ke-sok-an rasa nasionalisme saya, buku ini pun baru saya baca ketika saya dalam perjalanan pulang pasca PTT di Halmahera pada awal Oktober 2013. Saya pikir buku yang menceritakan tentang perjalanan dua orang wartawan mengelilingi Indonesia dalam sebuah ekspedisi Zamrud Khatulistiwa ini tepat dibaca ketika saya sedang melintasi Indonesia Timur menuju Indonesia Barat. Parahnya, setelah menulis review buku ini, saya meletakkannya entah dimana. Dan baru pada bulan Februari yang lalu saya menemukan catatan tersebut ._.

Jika kita berbicara tentang Indonesia, seberapa mengertinya kita tentang Indonesia? Indonesia itu bobrok. Pejabatnya tukang korupsi. Di beberapa daerahnya kerukunan agama itu hanya ucapan belaka. Infrastrukturnya parah. Itu kan yang paling banyak kita pahami tentang Indonesia? Hanya sebatas apa yang kita lihat di televisi dan yang kita baca di surat kabar. Dari perjalanan Ahmad Yunus serta Farid Gaban mengelilingi Indonesia yang kemudian dirangkum dalam sebuah buku singkat ini yang bisa membuka mata kita tentang apa, siapa dan bagaimana Indonesia dipandang dari sudut orang Indonesia sendiri yang telah mengelilingi Indonesia bahkan hingga ke sudut-sudut yang tak pernah diwartakan.

Sabtu, 15 Desember 2012

The Journeys 2 by Alanda Kariza dkk


The Journeys kali ini akan mengajak pembaca untuk berkelana tidak jauh-jauh. Cukup di seputaran Indonesia saja. Karena masih begitu banyak  hal-hal tersembunyi yang belum dieksplorasi di negeri ini. 12  perjalanan dari 12 penjelajah bercerita tentang Indonesia. Tidak melulu bicara keindahan alamnya tapi juga filosofi yang terdapat di berbagai upacara adat bahkan benda-benda yang bernilai seni.

Perjalanan panjang Farid Gaban dalam rangka Ekspedisi Zamrud Kathulistiwa 2009-2010 ke Digoel, Papua adalah cerita yang paling menarik perhatian saya. Bukan hanya medan super berat yang mesti ditempuh agar bisa tiba disana tapi juga keadaan tempat tersebut saat ini, enam puluh tahun lebih Indonesia sudah merdeka.

Apa pentingnya Digoel dalam sejarah bangsa ini?

Jumat, 14 Desember 2012

The Journeys by Adhitya Mulya dkk


Ada banyak cerita yang dituturkan dari sebuah perjalanan. Buku ini merangkum 12 cerita dari 12 perjalanan oleh 12 orang penulis. Siapa 12 orang itu. Mereka adalah Adhitya Mulya, Alexander Thian, Farida Susanty, Gama Harjono, Ferdiriva Hamzah, Okke 'Sepatumerah', Raditya Dika, Trinity, Valiant Budi, Ve Handojo, Windy Ariestanty, dan Winna Efendi. Kisah-kisah yang mereka tuturkan mengambil lokasi di hampir lima benua. Tak hanya di luar negeri, beberapa cerita terjadi di negeri sendiri.

12 orang penutur ini menuturkan kisah mereka dengan gaya dan ciri khas masing-masing.  Ada Winna Efendi yang menuliskan kisahnya dalam bentuk surat kepada seseorang yang tertinggal di Jakarta saat ia berada di satu desa kecil bernama Air di Vietnam. Merasakan hidup ala penduduk asli Vietnam dan puas berwisata kuliner disana. Ada Farida Susanty yang jalan-jalan ke negara tetangga yang terkenal dengan patung Merlion, Singapura. Disana ia menemukan Institute of Mental Health yang di Indonesia biasa disebut sebagai  Rumah Sakit Jiwa, benar-benar berbeda keadaannya dengan Indonesia. Tidak perlu nyinyir dengan berkata "ya iyalah. Masa Indonesia mau disamakan dengan Singapura. Jelas jauh ketinggalan" tapi cukup dengan memahami jika orang-orang dengan gangguan mental layak mendapat perhatian lebih dari kita minimal dengan tidak melakukan pemasungan dan mengajari anak-anak untuk tidak berkata kasar kepada mereka. Urusan pemerintah Singapura yang lebih peduli dari pada pemerintah kita? Well... mari berharap semoga saja suatu saat nanti pemerintah kita akan bertindak sama.

Selasa, 19 Juni 2012

Life Traveler by Windy Ariestanty


SINOPSIS

‘Where are you going to go?’ tanyanya sambil meletakkan secangkir teh hangat di meja saya.

‘Going home.’ Saya menjawab singkat sambil mengamati landasan pacu yang tampak jelas dari balik dinding-dinding kaca restoran ini.

‘Going home?’ Ia berkerut. ‘You do not look like someone who will be going home.’

Kalimat inilah yang membuat saya mengalihkan perhatian dari bulir-bulir hujan yang menggurat kaca. ‘Sorry. What do you mean?’ … (Satu Malam di O’Hare)

***

Kadang, kita menemukan rumah justru di tempat yang jauh dari rumah itu sendiri. Menemukan teman, sahabat, saudara. Mungkin juga cinta. Mereka-mereka yang memberikan ‘rumah’ itu untuk kita, apa pun bentuknya.

Tapi yang paling menyenangkan dalam sebuah perjalanan adalah menemukan diri kita sendiri: sebuah rumah yang sesungguhnya. Yang membuat kita tak akan merasa asing meski berada di tempat asing sekalipun…

... because travelers never think that they are foreigners.

*****

“… Windy membuat buku ini istimewa karena kepekaannya dalam mengamati dan berinteraksi. Ia juga seorang penutur yang baik, yang mengantarkan pembacanya dalam aliran yang jernih dan lancar. Dan bagi saya, itulah yang melengkapkan sebuah buku bertemakan perjalanan. Pengamatan internal, dan tak melulu eksternal.”

—Dewi "Dee" Lestari, penulis

“Semua orang bisa pergi ke Vietnam, Paris, bahkan Pluto. Tapi, hanya beberapa saja yang memilih pulang membawa buah tangan yang mampu menghangatkan hati.

Windy berhasil menyulap perjalanan yang paling sederhana sekalipun jadi terasa mewah. Bahkan, celotehannya dalam kesendirian terdengar ramai. Ramai yang membuat nyaman.”

—Valiant Budi @vabyo, penulis

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...