Sub Judul : -
Serial : -
Penulis : Brea Salim
Penerbit : THC Mandiri
Tebal : 128
Tahun Terbit : May 2014 (pertama kali terbit pada May 2014)
ISBN : 9789791255196
Genre : Personal Literature
Format : paperback
Status : punya sendiri
Periode Baca : 09/09/2014 - 15/09/2014
Blurb : In the fall of 2009, fifteen-year-old Indonesian girl Brea Salim said her farewells, packed her bags and moved halfway around the world - all to enroll at a school called Phillips Exeter Academy. Little did she know, the three-year-journey ahead would be the hardest learning experience of her life...
Review
Pernah membaca biografi? Gimana rasanya? Membosankan atau malah membuat penasaran?
Bright Eyes adalah sebuah autobiografi dari Brea Salim. Sepintas lalu buku ini tampak seperti buku biografi lainnya. Sebuah biografi yang menceritakan perjalanan hidup si tokoh dengan segala jatuh bangun dan disertai kadar kenarsisan dengan tingkatan yang berbeda.
Tapi buku ini beda dari biografi lainnya.
Bagaimana bisa?
Si penulis baru berumur 15 tahun (well.. sekarang sih udah 20 tahun). Masih muda. Sehingga buku ini pun terasa seperti buku harian Brea selama ia bersekolah di Phillips Exeter Academy, Amerika Serikat.
Apa sih Phillips Exeter Academy itu?
Well menurut
om wikipedia (iya, lagi males nyari referensi lain)
Phillips Exeter Academy (also known as Exeter or PEA) is an American private college preparatory school for boarding and day students between the 9th and 12th grade. It is a large co-educational school, with over 1,000 students. It was founded in 1781 byJohn Phillips, a wealthy American merchant and early patron of schools.
Nah loh... bisa dibayangin dong gimana kerennya kampusnya. Berdirinya aja sejak tahun 1781. Dan.. para alumni Exeter bukan orang sembarangan. Dari sekian banyak daftar orang terkenal yang menjadi lulusan Exeter, yang familiar buat saya adalah si pendiri facebook, Mark Zuckerberg dan penulis Dan Brown. Intinya Exeter adalah tempat berkumpulnya para jenius buat bersekolah. Dan Brea Salim beruntung bisa merasakan hidup di kampus tersebut.
Seperti yang saya bilang diatas, Brea adalah gadis muda dan jenius. Sebagaimana remaja lainnya tentu Brea merasakan galau ala remaja zaman sekarang. Galau karena urusan hati dan cinta #ttssaahhh Di buku ini pun Brea mengawali ceritanya tentang seorang cowok keren idola cewek-cewek di sekolahnya yang bernama Joshua yang diam-diam punya perasaan khusus pada Brea. Kepergian Brea ke Amerika yang nun jauh di sana berarti Brea juga harus meninggalkan Joshua. Dan.. galaulah dia.
Buku ini penuh kegalauan ala remaja. Galau tapi tidak menye-menye. Kegalauan itu justru membuat pembaca melihat perjuangan Brea. Masih berusia 15 tahun, harus hidup sendiri dan terpisah jauh dari orangtua, keluarga dan orang-orang yang dicintainya, bersekolah di kampus penuh para jenius dan merasakan culture shock tanpa ada satu pun orang yang berasal dari budaya yang sama dengannya. Ya, Brea adalah satu-satunya orang Indonesia yang bersekolah di Exeter.
Tidak hanya cerita Brea tentang kehidupannya di Exeter, dalam buku ini juga ada kumpulan puisi dan blog post dari blog pribadi Brea, yang sayangnya saat ini sudah di-setting private. Selain itu buku ini juga dipenuhi ilustrasi gambar kupu-kupu yang juga ditampilkan di cover depan. Kupu-kupu yang menggambarkan metamorfosis Brea dari seorang gadis remaja galau tapi jenius menjadi pribadi dewasa yang lebih mencintai negerinya.
Apa hubungannya antara seorang remaja galau tapi jenius dengan cintai Indonesia?
Berada jauh dari Indonesia, mengalami culture shock, berhadapan dengan berbagai macam suku dan kebangsaan dari seluruh dunia membuat Brea sadar kalau Indonesia adalah rumahnya. Akar tempat ia berpijak. Bahkan Brea menceritakan bagaimana hebohnya ia ketika pulang dari Exeter di libur semester dan bersama si mbok di rumah ia menjelajahi pasar tradisional, kemaruk ingin mencicipi segala jajanan di pasar tersebut. Hei.. bahkan diawal cerita Brea bercerita tentang keripik singkong yang menjadi "penghubung"nya dengan rumah dan Indonesia.
Meski di beberapa bagian buku Brea terkesan narsis dan agak sedikit sombong dengan statusnya sebagai seorang alumni Exeter, buat saya itu adalah hal yang wajar. Tidak setiap saat, tidak setiap orang bisa masuk ke sekolah bergengsi sekaliber Phillips Exeter Academy. Apalagi buat orang Indonesia. Tak banyak orang Indonesia yang bisa menjadi bagian dari Exeter. Dan Brea adalah orang Indonesia ke-7 yang berhasil masuk ke Exter. Sayang saya tidak berhasil mendapatkan siapa saja orang Indonesia yang menjadi alumni Exeter. Mungkin Brea (kalau kamu membaca post ini) mau memberi tahu saya siapa saja ke enam orang lainnya? ;)
Buku ini bisa didapatkan di toko buku import. Kalau di Medan sih saya melihat display buku ini di Toko Buku Books & Beyonds dengan harga (kalau tidak salah) Rp. 90,000. Sementara di Periplus sih saya belum tahu ada atau tidak.
Oh iya... Uuumm... Brea (lagi-lagi kalau kamu membaca post ini) mau dong ditunjukkin foto Joshua dan apa kabar kamu dan Joshua sekarang? *ditendang ke Timbuktu* *jadi reviewer kok kepo banget* X))
@ Medan
01112014