Opini Bareng bulan April ini adalah Hubungan Dengan Pembaca. Buku-buku yang ketika dibaca mempunyai semacam benang merah dengan kehidupan si pembacanya atau malah pesan moral yang terdapat didalamnya malah bertentangan dengan si pembaca.
Buat saya, kedua hal diatas pernah saya rasakan. Sedikit akan saya bahas satu per satu :
Benang Merah Dengan Pembaca
- Hafalan Shalat Delisa - Tere Liye. Saya ingat banget perasaan saya ketika membaca buku ini. Mau mewek habis-habisan karena teringat masa-masa tsunami yang melanda Aceh pada 2004. Saya ingat bagaimana kalutnya saya dan keluarga di Medan menantikan kabar saudara yang tinggal di Banda Aceh ketika peristiwa itu terjadi. Saya juga ingat bagaimana hebohnya lalu lintas udara di kota Medan karena penambahan jadwal penerbangan komersil di bandara Polonia yang tak jauh dari kampus saya. Bahkan saya ingat kalau saat itu cukup sering melihat helikopter Super Puma atau apapun itu namanya milik Angkatan Bersenjata negara tetangga wara-wiri diatas langit Medan.
- Sea - Heidi R. Kling. Buku ini juga mengingatkan saya akan peristiwa tsunami yang sama seperti diceritakan diatas. Tapi perbedaannya di buku ini saya lebih "dipaksa" menerima kenyataan kalau hingga saat ini orang yang paling ingin saya ketahui kabarnya pasca tsunami itu masih juga belum memberikan kabar. Sama seperti tokoh utama cewek dalam buku ini yang "dipaksa" menerima kenyataan kalau Ibunya sudah meninggal meski jasadnya tak pernah ditemukan. Memang, merelakan kepergian seseorang tanpa pernah melihat jasadnya itu sangat berat #malahjadicurhat
Pesan Moral "Negatif" Dalam Buku
Kenapa saya memberikan tanda kutip untuk kata negatif diatas? Karena disini maksud saya adalah pesan moral tersebut mungkin tepat untuk pembaca dengan adat istiadat dan kebudayaan tempat cerita tersebut terjadi, namun bila dimasukkan ke dalam adat-istiadat dan kebudayaan ketimuran yang dianut Indonesia menjadi suatu hal negatif. Atau memang pesan moralnya tidak baik dibaca oleh pembaca muda tanpa bimbingan orang dewasa.