"Mau nonton dimana?" tanya Cilmil ragu. "Kan nggak enak kalo kita pergi jauh-jauh."
"Di Thamrin Plaza aja. Kan dekat banget, tuh, Mil," kilahku. "Lo belum selesai ngedip aja kita pasti udah nyampe."
"INI MAMAKKU UDAH KUSURUH MAKAN DAGING KALONG BIAR SEMBUH SESAK NAPASNYA, SUSTER, TAPI TAK MAU DIA!"
Masa-masa koass, rumah sakit dan Medan adalah hal yang terbayang oleh saya ketika membaca buku ini. Yah.. maklum saja namanya juga lagi kangen rumah. Membaca buku terakhir dari serial Catatan Dodol Calon Dokter ini malah membuat saya semakin tak sabaran ingin pulang ke Medan.
Oke cukup curhatnya. Sekarang bicara bukunya.
Seperti di dua buku sebelumnya, buku ini juga mengambil topik masa-masa koass yang dijalani Ferdiriva bersama kedua teman karibnya, Evie dan Budi. Ditambah dengan Uba, Hani dan Cilmil yang muncul di beberapa bagian cerita. Diawal cerita diselipkan satu cerita diluar masa koass yaitu pada praktikum Patologi Klinik.
Ada sembilan cerita koass untuk delapan bagian koass dalam buku ini. Penyakit Dalam, Neurologi, Bedah, Obgyn, Ilmu Kesehatan Anak, Anestesi, Paru, Forensik. Sesuai dengan judulnya "Susahnya Jadi Dokter Muda" buku ini bercerita kesulitan-kesulitan yang selalu saja dijumpai oleh para koass. Tentunya disajikan dengan humor khas Ferdiriva. Kenapa saya berkata "kesulitan-kesulitan yang selalu saja dijumpai oleh para koass" karena kejadian atau kesulitan tersebut memang lumrah terjadi pada (hampir) setiap koass di seluruh Indonesia.
Tapi sebenarnya tak hanya kelucuan yang ada dalam buku ini. Ada trik-trik untuk menghadapi para penguji alias konsulen yang sulit, tips-tips mengambil hati para perawat tanpa berlaku curang hingga kejadian-kejadian sederhana yang dapat dijadikan pelajaran. Contohnya, saat Ferdiriva menjalani stase/bagian Paru. Ia bercerita tentang Beni, teman satu stase beda universitas, yang memandang remeh perawat senior yang bertugas di ruang rawat inap dengan cara membentak dan memarahi si perawat di depan pasien.
Jelas hal itu amat sangat tidak sopan. Selain itu para perawat senior juga memegang "kunci" koass yang bertugas di ruangan tempatnya berjaga. Kalau koass baik dengan mereka, mereka tidak segan-segan memberikan ilmu pada koass. Selain itu, perkataan mereka sering dijadikan bahan pertimbangan para konsulen untuk meluluskan si koass. Nggak percaya? Saya pernah mengalaminya.
Saat itu koass Obgyn dan saya mendapatkan penguji yang terkenal super displin dan suka memarahi koass. Saat memasuki ruang ujian bersama konsulen yang lebih suka dipanggil Bapak itu, para bidan yang bertugas di ruang Bersalin berkata kepada beliau "Ini loh Dok. Koass yang kami bilang rajin itu. Dok, nanti kasih nilai ke dia jangan diatas 60 ya. Kalau bisa 80. Kalau pun gak bisa paling rendah 70 ya Dok."
Di ruang ujian.
Bapak: "Kamu ujian apa sama Bapak, Put?"
Bapak: "Kamu ujian apa sama Bapak, Put?"
Saya: "Ginekologi, Pak. Obstetri-nya sudah dengan dokter yang lain."
Bapak: "Ya udah. Baca status pasienmu." Status pasien = segala keterangan tentang data diri dan keadaan si pasien.
Saya: *mulai mengulang hafalan status si pasien." "Tanggal masuk 20 Maret..."
Bapak: "Bapak bilang dibaca Put. Bukan dihafal. Capek ngapalnya. Dibaca sudah cukup"
Saya: *bingung* "Dibaca ya Pak?"
Bapak: "Iya dibaca."
Saya: *mulai membaca status pasien dengan santai*
................................ hingga............................
Saya: "sudah Pak. Sudah selesai."
Bapak: "Sudah? Ya sudah." Bapak menandatangani kertas pengantar ujian dengan nilai yang cukup membuat saya senyum-senyum hingga saat ini lantas berkata "Nih, antar ke Dokter K buat rekap nilai kamu ya."
Saya tidak diuji sama sekali, saudara-saudara!!!!
*Cukup (lagi) tentang saya. Balik (lagi) ke buku*
Adakah yang pernah menyadari mengapa baju operasi selalu berwarna biru atau hijau? Ada jawabannya disini. Juga kenapa ruang operasi itu disebut OK dan ruang bersalin disebut VK. Dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda itu sering juga dipertanyakan di kalangan koass. Pernah ketemu dengan seseorang yang sebenarnya tidak ingin kuliah di Fakultas Kedokteran tapi terpaksa melakukannya karena dipaksa oleh orangtuanya? Well, di buku ini ada Vena yang mengalami nasib serupa. Ada juga cerita tentang penguji yang killer. Yang selalu siap membantai para koass yang diujinya. Yang sepertinya selalu senang melihat wajah-wajah kebingungan para koassnya.
Yah, hampir seluruh aspek koass dibahas dibuku ini. Meski ya, beberapa jokesnya bagi beberapa orang terasa menjijikan, tapi lewat buku ini (dan dua buku sebelumnya) pembaca akan mengetahui gambaran "hidup" para koass yang biasanya tampil cemerlang dengan jas putihnya itu.
Yah, hampir seluruh aspek koass dibahas dibuku ini. Meski ya, beberapa jokesnya bagi beberapa orang terasa menjijikan, tapi lewat buku ini (dan dua buku sebelumnya) pembaca akan mengetahui gambaran "hidup" para koass yang biasanya tampil cemerlang dengan jas putihnya itu.
Forensik, koass penutup yang dijalani Ferdiriva *saya juga koass terakhirnya Forensik loh* #nggakpenting #abaikan juga sebagai penutup untuk serial Catatan Dodol Calon Dokter ini menyelipkan sebuah kisah saat terjadinya kecelakaan pesawat GA 152 di Gunung Sibolangit. Ditutup dengan ending yang mengingatkan pada saat-saat pengucapan sumpah dokter pada wisuda profesi sukses membuat saya nyesek dan pengen pulang ke Medan.
"Kata Papa, gelar dokter tidak akan berarti apa-apa jika saat terjun di lapangan, kamu tidak dapat memberikan yang terbaik. So, I will make you proud, Dad. I will." (p. 201)
Ohya, dua buku serial Cado Cado yang terbit pada 2008 (Cado Cado) dan 2010 (Cado Cado Kuadrat) juga dicetak ulang dengan cover baru ini memiliki keistimewaan. Jika ketiganya disusun memanjang maka akan didapatkan gambar tengkorak utuh dari kepala hingga kaki. Tenang saja. Tengkoraknya lebih cenderung imut-imut menggemaskan daripada menakutkan. Ketiga buku dengan cover tengkorak ini disebut Cado Cado Collector's Edition.
Judul : Cado Cado 3 : Susahnya Jadi Dokter Muda
Penulis : Ferdiriva Hamzah
Penerbit : Bukune, 2012
Serial : Catatan Dodol Calon Dokter #3
Tebal : 210 halaman
Kategori : Personak Literature
ISBN : 978-602-220-079-6
ikut senyum2 bacanya.. Wah lg kangen kampung ya..tlp aja mama nya buat ngobatin sejenak rasa kangen :)
BalasHapusTop deh.. Punya cado cado 1&2. Tgl yg terakhir,blm smpai.. :>
BalasHapusEmang top!!
BalasHapus