Judul : Charlie And The Chocolate Factory
Serial : Charlie Bucket #1
Penulis : Roald Dahl, Quentin Blake (illustrations)
Penerbit : Puffin Books, Agustus 2007 (first published 1964)
Tebal : 155 halaman
Genre : Children Literature
ISBN : 9780142410318
Serial : Charlie Bucket #1
Penulis : Roald Dahl, Quentin Blake (illustrations)
Penerbit : Puffin Books, Agustus 2007 (first published 1964)
Tebal : 155 halaman
Genre : Children Literature
ISBN : 9780142410318
Jika ditanya kepada anak-anak apakah makanan yang paling mereka sukai? Permen dan coklat pasti menjadi jawaban mayoritas. Sama seperti Charlie Buckett. tapi bedanya Charlie Buckett hanya bisa makan coklat sekali dalam setahun, yaitu di hari ulang tahunnya. Coklat itu dimakannya sedikit demi sedikit sehingga butuh waktu berminggu-minggu untuk menghabiskannya.
Eits... jangan salah sangka dulu. Charlie bukan anak yang pelit. Tapi keluarga Charlie amat sangat miskin. Mereka tinggal di sebuah rumah di pinggiran kota dekat dengan pabrik coklat Mr. Wonka. Pabrik yang memproduksi permen dan coklat terenak di dunia. Ayah Charlie hanya seorang buruh sementara ibunya seorang ibu rumah tangga. Selain ayah dan ibunya, Charlie juga tinggal bersama kakek neneknya. Grandpa Joe dan Grandma Josephine (orangtua Mr. Buckett) serta Grandpa George dan dan Grandma Georgina (orangtua Mrs. Buckett).
Ketika Mr. Buckett di PH, ekonomi keluarga Charlie semakin terpuruk. Jatah makan mereka makin berkurang. Tapi Charlie anak yang hebat. Ia tidak pernah mengeluh kalau perutnya terus berbunyi kelaparan minta diisi. Ia tidak pernah mau mengambil jatah makanan yang sengaja disisakan orangtua dan kakek-neneknya. Ia juga tidak pernah keberatan setiap hari harus pergi ke sekolah lebih awal karena perut yang kosong membuatnya tidak bertenaga sehingga tidak bisa berjalan kencang. Perjalanan Charlie ke sekolah melewati pabrik Mr. Wonka yang selalu saja menguarkan wangi coklat.
Orang-orang tidak pernah tahu siapa dia dan bagaimana dia menjalankan pabriknya setelah ia memecat ribuan karyawan pabrik karena beberapa diantara mereka ketahuan membocorkan rahasia pembuatan coklat pada perusahaan saingan Mr. Wonka. Sejak pemecatan itu, tak pernah ada lagi ada yang keluar masuk dari pabrik Mr. Wonka. Orang-orang hanya menikmati kelezatan coklat produksi Mr. Wonka di toko-toko di kota.
Hingga pada suatu hari para penduduk kota gempar!!!
Mr. Wonka mengundang 5 orang anak beserta orang tua mereka untuk mengunjungi pabriknya dan mendapatkan pasokan coklat untuk seumur hidup mereka. Undangan tersebut dibuat dalam bentuk Golden Ticket yang disembunyikan dalam kemasan berbagai jenis coklat Mr. Wonka. Meski miskin tapi Charlie juga berkesempatan mendapat Golden Ticket itu. Ulang tahunnya sudah dekat. Walaupun kesempatan itu kecil tapi tetap ada. Keluarga Charlie terus membesarkan hatinya.
Perebutan Golden Ticket semakin seru. Sudah ada 4 orang anak yang memegang Golden Ticket. Augustus Gloop yang suka sekali makan coklat. Veruca Salt yang tak suka makan coklat tapi memaksa ayahnya untuk mendapatkan Golden Ticket. Violet Beauregarde yang juara mengunyah permen karet. Dan Mike Teavee si penggemar televisi dan film-film tentang mafia dengan segala adegan tembak-menembaknya.
Kesempatan Charlie mendapatkan Golden Ticket semakin kecil. Apalagi ulang tahunnya juga telah berlalu. Tapi kesempatan itu datang tak terduga tepat sehari sebelum perebutan Golden Ticket berakhir. Golden Ticket pun berada di tangan Charlie. Ia dan Grandpa Joe siap datang ke pabrik Mr. Wonka dan menemukan kejutan besar yang pernah ia duga sebelumnya. Termasuk bertemu Oompa Loompa yang suka bernyanyi.
Sepanjang membaca cerita ini saya terus menerus terbayang pada adegan film Charlie And The Chocolate Factory dengan air terjun dan sungai coklatnya serta permen-permen warna warni dalam segala bentuk. *lap iler*
Ceritanya ringan sesuai untuk anak-anak tanpa menjadikan Charlie sosok from zero to hero. Ia tidak menjadi pemenang dalam semalam. Tapi ia menjadi pemenang sebagai "hadiah" untuk setiap perbuatan baik dan kesabarannya.
@ Halmahera
11072013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kamu datang. Kamu baca. Kamu komentar. Iya kan? :)