Tampilkan postingan dengan label Bentang Pustaka. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bentang Pustaka. Tampilkan semua postingan

Jumat, 10 Oktober 2014

Semangat Membatu by FX Rudi Gunawan & Guntur Utomo

Judul : Semangat Membatu
Sub Judul : -
Serial : -
Penulis : FX Rudi Gunawan & Guntur Utomo
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : Februari 2014 (pertama kali terbit pada Februari 2014)
Tebal : 236 halaman
ISBN :9786022910121
Genre : Personal Literature

Format : paperback
Status : pinjam
Periode Baca : 01/06/2014 - 02/06/2014

Blurb : 25 Pemain, 5 Pelatih, 2 Staf medis, 2 Kit man, dan 1 Tekad …

Setelah kata sepakat kami sampaikan, tidak ada lagi konsentrasi yang terbagi selain hanya untuk sepak bola. Perjalanan panjang kami mulai dengan sebuah titik putih di tengah kehidupan kami. Titik putih yang menjadi tanda bahwa kami tak boleh sedikit pun menyerah kalah.

Buku ini merupakan pengingat kisah-kisah yang kami jalani selama berkiprah di persepakbolaan nasional. Layaknya pertandingan sepak bola yang menghadirkan drama-drama dengan hasil yang tak tertebak, perjalanan kami pun diwarnai dengan berbagai macam cerita yang menguras emosi. Namun, seperti apa pun rintangannya, tekad kami sudah membulat: Sang Saka Merah Putih harus berkibar di Piala Dunia!

Selasa, 12 Agustus 2014

Gawang Merah Putih by FX Rudi Gunawan

Judul : Gawang Merah Putih
Sub Judul : -
Serial : -
Penulis : FX Rudi Gunawan
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun Terbit : 2014
Tebal : 196 halaman
ISBN : 978-602-291-034-3

Format : paperback
Status : pinjam
Periode Baca : 31/05/2014 - 31/05/2014

BlurbKaki-kaki itu masih kecil ketika menendang bola pertamanya. Kaki-kaki dekil berkuku hitam yang menjadi perkasa diterpa kesahajaan. Kaki tanpa sepatu, yang tungkainya masih pendek dan kurus waktu gol pertama dibuat di sebuah lapangan tanpa gawang. Kaki-kaki Putu, Ravi, Evan, Muchlis, dan Maldini, kini telah membuat jejak sepatu yang dalam pada sejarah sepak bola Nusantara. Optimisme dan kerja keras menempa mereka menjadi pemain yang tangguh. Kecintaan terhadap sepak bola menggumpal di dada, menjelma lecutan semangat untuk selalu memberikan yang terbaik. Namun, prestasi demi prestasi yang mereka raih tidak datang begitu saja. Kerja keras tidak akan berbuah manis tanpa dukungan orang-orang tercinta. Sebab, ada perjuangan di balik setiap kemenangan. Ada cerita di balik setiap asa.

Senin, 10 September 2012

Indonesia Mengajar 2 by Pengajar Muda II


"Anak-anak muda ini telah tunai bertugas, betapapun kecil mereka telah ikut memainkan peran bagi saudara sebangsa." (viii - Anies Baswedan)

Meski memendam rasa tidak puas akan singkatnya cerita yang ditulis di Indonesia Mengajar (maunya lebih banyak lagi), namun saya masih tetap penasaran akan pengalaman yang akan dibagikan para Pengajar Muda II.

Sudah cukup banyak hal yang mencoreng  wajah pendidikan negeri ini. Mulai dari ketidakpedulian penerintah, perilaku anarkis para murid, hingga perbuatan tak pantas yang dilakukan para guru. Saking bobroknya, gaung keberhasilan para tunas-tunas bangsa di ajang internasional pun tenggelam. Yang tersisa hanyalah cerita tentang bobroknya pendidikan di negeri ini. 

Para guru sebagai garda terdepan pun tak lekang oleh cap negatif. Kasus pemukulan yang dilakukan guru terhadap muridnya sudah menjadi hal yang lumrah yang cukup sering dijumpai dalam berita di televisi nasional. Hingga menimbulkan pertanyaan "Apa yang sudah diajarkan kampus penghasil tenaga pendidik sehingga menghasilkan lulusan seperti itu?" Ataukah itu terpulang kepada masing-masing individu? Jika moral guru sudaj sedemikian parahnya, lantas bagaimana lagi moral para anak didiknya. Maka benarlah pepatah berkata "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Benarkah seperti itu?

"Beta ini guru, Pak, digugu dan ditiru. Bagaimana beta mengajar anak-anak beta untuk tidak minum dan merokok kalau sudah besar kalau beta sendiri perbuat akang barang itu?" (p. 75)

Adalah Pak Teddy, seorang guru muda di Kecamatan Molu Maru, Maluku Tenggara Barat yang mengucapkan kalimat sederhana nan sarat makna itu. Sadar akan statusnya sebagai seseorang yang mendapat kehormatan lebih dimata masyarakat, Pak Teddy berusaha meninggalkan kebiasaan yang telah ditekuninya selama bertahun-tahun. Tak hanya masalah kebiasaan buruk, beliau juga tak pernah setengah hati dalam menjalankan profesinya. Ketika jumlah guru yang mengajar di sekolahnya telah mencukupi barulah ia mengajukan beasiswa tugas belajar di Manado. Sungguh keputusan yang diambil bukan memandang pribadi melainkan keadaan keadan para murid yang terancam terlantar jika ia mengajukan beasiswa tugas belajar ketika formasi guru di sekolahnya masih sangat kurang. Benar-benar sosok yang patut ditiru dedikasinya.

Guru jelas punya posisi tak kalah penting di mata para anak didik. Kedudukan mereka bahkan tak jarang disandingkan dengan kedudukan orangtua. Menurut Grace, Pengajar Muda di Kabupaten Roten Ndao Nusa Tenggara Timur, dari hasil perbincangannya dengan para murid, guru ada diposisi ketiga setelah Tuhan dan orangtua. Dengan posisi sedemikian penting, patutkah guru bertindak tak terpuji?

"Guru tidak hanya mengajar dalam kelas, tetapi menjadi panutan dimana pun ia berada. Sebanyak apapun ia berkata-kata hal yang baik, lebih berdampak kalau ia memberi contoh yang baik. Tidak hanya mengimani hal baik, tetapi memberi bukti perbuatan baik." (p. 76 - Bartolomeus Bagus Praba K.)

Pemerintah bisa jadi menganggap tidak penting kebutuhan pendidikan di negeri ini. Sehingga tembok sekolah nyaris rubuh, hanya dibatasi sekat-sekat tipis untuk membagi ruangan, hanya berlantaikan tanah dan menjadi langganan banjir, atau akses ke sekolah menjadi terhambat karena satu-satu jalan atau jembatan yang dapat digunakan mengalami longsor dan terputus. Tapi itu semua tak menyurutkan langkah anak-anak untuk datang ke sekolah meski kadang harus bertaruh nyawa demi bisa sampai disekolah.

Walau terkesan kurang mendapat perhatian pemerintah, rasa memiliki negeri ini harusnya jangan pernah pudar. Apalagi bagi para penduduk  yang berada di pulau-pulau terluar Indonesia. Negeri seberang yang gilang gemilang hanya sejauh pandangan mata. Sungguh menggoda rasa nasionalisme. Tidak percaya? Ada Belqis, Pengajar Muda Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat yang terhenyak saat anak-anak muridnya menjawab nama ibukota Indonesia adalah Serawak. Atau tanya saja Fendi Mulyo, Pengajar Muda di Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara seberapa besar rasa haru sekaligis bangga yang ia rasakan ketika akhirnya Sang Saka Merah Putih pertama kali berkibar di Desa  Nadenakele, tepatnya di SDN Inpres Nadenakele.

Inilah realitas negeri kita. Miris? Iya. Menyedihkan? Sudah pasti. Pasrah? Jelas tidak. Indonesia Mengajar adalah bukti nyata ada banyak orang yang percaya dan bertindak untuk melaksanakan salah satu amanat yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

"Sejarah menulis bahwa negeri kita memiliki jutaan pahlawan tak dikenal. Sejarah panjang bangsa kita sampai hari ini dipenuhi oleh perjuangan panjang para leluhur kita yang kode genetikanya ada di darah kita. 

Ya, Anda semua, anak muda Indonesia dan seluruh bangsa Indonesia memiliki kode genetika sederhana bernama : berjuang. Dan karena itu bila dihadapkan pada pilihan sederhana, kita akan memilih dengan mudah : lebih baik menyalakan lilin daripada sekedar mengutuki kegelapan. Lebih baik berjuang daripada berpangku tangan." (p. xv - Anies Baswedan)

@ Soekarno - Hatta Int'l Airport
09092012

FYI : lebih lanjut tentang Indonesia Mengajar dan Indonesia Menyala silahkan klik disini dan disini. Ada banyak informasi dan cerita lain yang dapat Anda nikmati dari sana.

Penulis : Pengajar Muda II
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal : 438 halaman
Kategori : Motivasi Diri
ISBN : 9786028811828

Senin, 09 Januari 2012

Indonesia Mengajar by Pengajar Muda




Pengarang : Pengajar Muda

Penerbit : Bentang Pustaka

Jumlah Halaman : 322 halaman

Kategori : Motivasi Diri

2012 Reading Challenge :
  • Goodreads #1
  • Wishlist Challenge #2

“Setahun mengajar, seumur hidup menginspirasi. ” (Indonesia Mengajar - p. 294)

Jumat, 23 Desember 2011

Nasional.Is.Me by Pandji



Judul : Nasional.Is.Me


Pengarang : Pandji Pragiwaksono


Penerbit : Bentang Pustaka


Jumlah Halaman : 330 halaman


Kategori : Motivasi Diri


“Anda hidup di zaman ini karena Anda ditakdirkan untuk berkarya dan membangun Indonesia menjadi lebih baik.  ” (Pandji – p. 330)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...