Selasa, 20 Maret 2012

[Sekedar Cerita] Para Pramuniaga di Toko Buku

Pic taken from here


Akhirnya... saya kembali menginjakkan kaki di pulau Ternate. Niat awalnya mengikuti seminar gratis yang diadakan oleh salah satu rumah sakit swasta di Manado. Selesai seminar, tiba-tiba teman seperjalanan saya mengajak saya untuk melihat-lihat buku di toko buku terbesar di Ternate, dan punya cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan sedikit tersenyum dan anggukan setengah hati padahal dalam hati girang bukan kepalang saya mengiyakan ajakannya. *sedikit jual mahal*

Sampai di sana, kami langsung berpisah jalan. Dia mencari ke bagian buku anak-anak dan saya ke bagian buku terjemahan sambil mengeluarkan notes kecil berisi daftar wishlist yang sudah saya persiapkan sejak dari rumah.

Seorang pramuniaga cewek datang membantu saya mencari buku-buku yang saya inginkan. Dan kami pun terlibat dalam percakapan.

Pramuniaga : "Mau nyari buku apa Mbak..."

Saya (sambil menunjuk buku dari J.D. Robb yang berjudul Holiday in Death) : "Ini... Pengarangnya J.D. Robb tapi bukan buku yang ini. Saya maunya terbitan yang terbaru. Tapi judulnya saya lupa. Kalau nggak salah Seduction in Death."

Pramuniaga (tanpa mencari ke bagian lain) : "Nggak ada Mbak. Yang ada ya cuma di sini." (ada beberapa buku J. D. Robb dengan berbagai judul di rak pajang tersebut, namun buku yang saya cari tak ada.)

Saya : "Oh... Ya sudah... Kalau yang Bidadari-Bidadari Surga-nya Tere Liye ada nggak ya???"

Pramuniaga : "Tere siapa Mbak???"

Saya : "Tere Liye. Yang ngarang Hafalan Shalat Delisa."

Pramuniaga (dengan kening berkerut mulai mencari buku tersebut di seputaran buku-buku Tere Liye yang lain tanpa beranjak ke komputer pencari lokasi buku) : Nggak ada Mbak. Yang ada buku ini." (pramuniaga tersebut menyodorkan buku berjudul entah apa dengan kata "surga" terselip di judulnya dan bukan karangan Tere Liye.)

Saya : "nggak Mbak. Saya nggak minat."

Saya pun ngeloyor pergi meninggalkannya. Lagi asyik-asyiknya memilih buku, tiba-tiba si Mbak Pramuniaga menghampiri saya lagi. Sambil menyodorkan beberapa buku yang dipegangnya. "Kalau buku yang ini nggak mau Mbak???" tawarnya. Dengan raut wajah menyesal saya menggeleng-gelengkan kepala. "Nggak Mbak. Saya udah punya daftar buku yang mau saya beli." 

Mbak Pramuniaga itu pun pergi. Saya pun kembali tenggelam dalam pencarian buku. Sejurus kemudian si Mbak Pramuniaga kembali menghampiri saya dan... melakukan hal yang sama. Menawari buku yang lainnya. Dengan senyum yang sama saya menolak buku-buku itu. Soalnya buku yang ia tawarkan tidak begitu menarik minat saya. Dari pada dia bolak-balik menawarkan buku pada saya saya pun meminta pertolongannya mencari buku-buku yang lain. 

Saya : "Mbak, bukunya Moammar Emka yang Dear You ada nggak yah?"

Pramuniaga : "Mohammad siapa Mbak???" 

Dari beberapa percakapan tersebut tampak sang pramuniaga tak familiar dengan judul buku ataupun nama pengarang yang saya sebutkan. Saya tahu, tak semua orang begitu menggilai buku. Namun, mengingat si mbak tersebut bekerja di lingkungan yang akrab dengan buku, bukankah seharusnya wajar jika dirinya ingat dengan judul-judul buku atau nama-nama pengarang. Ya... minimal dia familiar dengan nama-nama pengarang. Setidaknya pengarang Indonesia.

Pengalaman seperti ini tak hanya sekali saya alami. Tiga kali saya berkunjung ke toko buku tersebut, dua kali saya mengalami hal yang serupa. Sang pramuniaga begitu asing dengan nama-nama pengarang yang saya ucapkan. Saya tak meminta pramuniaga mengahafal ribuan judul dan pengarang yang ada di dalam toko buku itu, tapi minimal dirinya familiar dengan nama-nama pengarang sehingga tidak bertingkah seperti orang bingung saya ada pelanggan yang bertanya.

Bagaimana bisa memberikan pelayanan maksimal jika sang penjualnya sendiri pun tak mengenal barang dagangannya.


Dan oh... tentang buku terbitan terbaru J.D. Robb yang saya cari itu saya temukan sendiri di bagian novel terjemahan. Buku yang kata si Mbak Pramuniaga tidak ada...

4 komentar:

  1. Itulah yang membuatku tak lagi pernah menggunakan jasa mereka jika ke toko buku, Uthie. Sekiranya toko bukunya ada komputer, aku lebih memilih mnegantre (jika sudah ada yang terlebih dahulu antre) di depan komputer.

    Aku lebih sreg mencari sendiri, selain terkadang aku mencari judul/penulis yang pelafalannya agak susah/panjang, aku lebih bebas saja menelusuri hampir seluruh stok toko bukunya kan...hehehe, nah, klo kepengin baca buku contoh tapi belum ada buku yang terbuka segel-nya, baru aku mengbuhungi mereka...:)

    BalasHapus
  2. waduh... malangnya nasibmu!
    kalo di padang toko buku yang lengkap cuma gramedia sih dan juga tempatnya ga besar-besar amat. karena dari zaman sekolah aku udah sering main kesitu jadi udah kenal juga sama pegawai-pegawainya...

    biasanya sih kalo ga ketemu buku yang aku cari, aku mampir ke komputer dulu baru manggil sipegawai buat nyariin...

    BalasHapus
  3. @mas ijul & rie : iya... sebenarnya aku juga males menggunakan jasa mereka dan lebih suka untuk nyari aja di komputer di toko buku, tapi kemarin tu aku nggak punya waktu lama untuk nyari bukunya, makanya aku minta bantuan mereka...

    yang bikin agak nggak sreg sama mereka adalah mereka tu cuma sekedar datang, kerja, pulang, tanpa mencoba menghayati pekerjaannya. Masa mendengar nama Tere Liye aja mereka bingung... :(

    BalasHapus
  4. baru baca blog ini setelah bingung nyari toko buku yg lengkap dan,,, saya mengalaminya sendiri disini di ternate di toko yg dimaksud di atas ketika mencari bukunya Robert Jordan :(

    BalasHapus

Kamu datang. Kamu baca. Kamu komentar. Iya kan? :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...