Udaah cukup lama nggak ikutan bloghop satu ini karena diterpa jadwal kerja yang nggak ada selesainya dan seperti biasa... sinyal yang lagi merajuk karena sudah agak lama saya acuhkan *nangis senggugukan di pojokan*. Dan... minggu ini saya kembali memilih buku idaman saya...
Peraturannya adalah :
- Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
- Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
- Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)
- Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
Dan... pilihan saya minggu ini jatuh pada....
Setiap hari Jumat, aku dan para staf rapat untuk menentukan pasien mana yang akan mendapat pembebasan biaya cuci darah. Seperti gladiator di Roma, kami menentukan hidup dan mati pasien. Yang paling banyak mendapatkan suaralah yang akan mendapatkan bantuan. Bila tidak? Dia mungkin akan meninggal karena kehabisan biaya pengobatan.
Itu adalah salah satu kegundahan Rully Roesli, seorang dokter ahli ginjal yang prihatin melihat susahnya jadi orang sakit di zaman sekarang. Dulu dia bercita-cita menjadi dokter semata dilandasi kepedulian terhadap sesama. Dia tak pernah menyangka bahwa kondisi mengharuskannya terjebak dalam perang batin. Bertindak seolah “Tuhan” dengan menentukan siapa yang bisa mendapatkan subsidi cuci darah dan siapa yang menyerah untuk mati karena tak mendapat bantuan biaya pengobatan gagal ginjal.
Memang miris, pelayanan kesehatan di Indonesia masih amburadul dan tidak memihak rakyat. Bahkan, kemudian muncul istilah-istilah seperti “Sadikin”, sakit jadi miskin, dan euthanasikon, menyerah pada penyakit karena kondisi keuangan tidak memungkinkan.
Di buku ini, Rully Roesli, menyuarakan keprihatinannya sebagai seorang dokter. Betapa mahalnya biaya kesehatan dan terbatasnya subsidi harus membuatnya bertindak seolah “Tuhan”. Menentukan siapa yang hidup, dan siapa yang mati.
“Buku ini mampu membuat saya menambah daftar permohonan doa: ‘Jadikan aku seorang pasien bernurani dan berhati bijak, bukan yang bermulut menjerit dan berperilaku seperti dewa. Berikan pengertian kepadaku bahwa tubuhku adalah rumah-Mu. Sehingga aku bisa berpikir bahwa menjadikan pasien sehat itu, bukan pekerjaan utama dokter. Tetapi aku yang mencintai-Mu.’”
—Samuel Mulia, pengamat gaya hidup.
Alasannya :
Saya penasaran sama buku ini... Dari sinopsis yang ada, sepertinya bagus... Yang paling mengesalkan, waktu BBI 1st Giveaway Hop kemarin ada banyak blog yang memberikan buku ini sebagai giveaway. Namun, tak satu pun yang berhasil saya menangkan... Sepertinya, buku ini tidak ditakdirkan untuk dimiliki gratis tapi harus dibeli... Agar saat membacanya terasa lebih bermakna....
Yah... mudah-mudahan saja buku ini cepat terdepak dari daftar wishlist saya. Amin... *berdoa dengan khusyuk*
ikut ngedoain =D iya, kayaknya ini buku yg lagi cukup heboh diperbincangkan deh...cocok buat para dokter *wink*
BalasHapusBeli lah mbak... inspiratif walaupun tulisannya kurang fokus menurutku :)
BalasHapusHahaha...sama! Ikut beberapa GA tapi gak ada 1 pun yg dapet. Kalo kamun udah beli, pinjem ahh... *tampang tak berdosa*
BalasHapusBeneer, cocok mah ini buku buat Putri :D
BalasHapusBeli Put.. ayook.. *kompor
didoain ya :) bu dewi udah punya atau belum juga ya?
BalasHapus@mbak Astrid : gimana kalau selain didoain juga dikasih bukunya mbak??? *minta dihajar* :D
BalasHapus@bzee : tulisannya kurang fokus yah??? eeerrr.... aduh.... jadi ragu ini....
@mbak Fanda : pinjem mbak??? boleh kok... tapi mbak yang beliin ya buatku... *tetep tak berdosa*
@Vina : duh Vina ini... jagonya kalau dah ngomporin... *tutup telinga biar nggak tergoda* :D
@mas Tezar : kayaknya Dewi juga belum punya deh mas. Oh ya... si mas punya kan??? Pinjem dunk.... *pasang tampang memelas*