Kamis, 12 Juli 2012

[Bloghop] Character Thursday #13 : Rosi

Ada yang merasa sedikit berbeda nggak di Character Thursday hari ini??? Yup... buttonnya baru. Nggak cuma buttonnya yang baru, ada sedikit perubahan yang ditambahkan di bloghop yang muncul setiap Kamis ini. Apa perbedaannya??? Klik deh postingannya mbak Fanda.

Tenang... nggak semuanya berbeda kok. Peraturannya tetap sama kok. Yaitu....
  1. Follow blog Fanda Classiclit sebagai host, bisa lewat Google Friend Connect (GFC). 
  2. Letakkan button Character Thursday Blog Hop di posting atau di sidebar blog. 
  3. Buat posting dengan menyertakan copy-paste “Character Thursday” dan “Syarat Mengikuti” ke dalam postingmu. 
  4. Isikan link (URL) posting kalian ke Linky. Cantumkan nama dengan format: "Nama blogger @ nama blog", misalnya: Fanda @ Fanda Classiclit. 
  5. Jangan lupa kunjungi blog-blog peserta lain, dan temukan tokoh-tokoh pilihan mereka. Dengan begini, wawasan kita akan bertambah juga dengan buku-buku baru yang menarik…


Tokoh yang berhak mendapat kehormatan dalam Character Thursday yang baru ini adalah.... (Jujur, saya deg-degan saat mengerjarkan postingan ini, apalagi saat mempostingannya, karena bisa jadi hal ini kontroversial).

ROSI 
(Dimsum Terakhir - Clara Ng)


Rosi adalah perempuan kembar dengan nomor urut 3 dari kembar empat alias quadruplet dari pasangan Nung dan Anas, pasangan keturunan Tionghoa di Indonesia. Rosi adalah sosok kambing hitam diantara kembar empat tersebut. Lantas siapa dia???

Rosi, pemilik perkebunan bunga di Puncak Bogor dengan spesialisasi pada tanaman mawar. Terutama american rose. Suatu kebetulan yang tidak terduga dengan namanya. Punya prinsip hidup semaunya dengan motto andalan "emang gue pikirin?" Juga punya rasa humor yang kejam dan terkadang tidak pada tempatnya. Oh... ia juga punya peliharaan anjing super besar yang rakus, pemakan segalanya mulai dari kunci rumah hingga remote control televisi, yang dipanggil Bubu. (Sepertinya nama Bubu tidak asing belakangan ini... Siapa ya??? *garuk-garuk kepala* *langsung googling*) Dalam urusan berpakaian, sepanjang hidupnya Rosi tak pernah memakai rok kecuali dipaksa dan terpaksa serta sewaktu sekolah. Pakaian wajibnya kemeja, celana jins, dan sepatu kets.

Dibalik sifatnya yang terkesan asal jadi dan  tomboy, sebenarnya Rosi menyimpan kegelisahan sejak masih remaja. Ia selalu merasa jika tubuhnya tak pernah sesuai untuknya. Rosi merasa terjebak pada fisik yang salah. Transgender, transexual, cewek macho, adalah sedikit dari sekian banyak julukan bagi sosok Rosi. Tapi dia tak pernah peduli. Baginya, dunia akan bisa dihadapinya bila semua anggota keluarga, terutama Papa karena Mama telah meninggal dunia, bisa menerima sosok Roni dalam diri Rosi.

"Roni rebah, kepalanya serata tanah. Ini peristiwa istimewa. Ini orkestra tentang pengakuan atas seksualitasnya. Masa bodoh apa kata orang-orang. Dia anak lelaki Papa. Seutuhnya. Satu-satunya." (p. 348)

"Air mata Roni meleleh di bahu Siska, membasahi kaus putihnya. 'Papa pasti setuju denganku. Kamu anak lelakinya yang pantas memegang bendera itu.' Siska membelai rambut jabrik Roni, merasa heran ternyata rambut pendek yang kelihatannya selalu acak-acakan itu ternyata sangat lembut." (p. 347)

Pic taken from here
Saya simpati pada sosok Rosi. Siapa yang ingin seperti dia. Memakai topeng setiap saat untuk menutupi apa yang dirasakannya. Sosok seperti Rosi banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Terjebak dalam tubuh yang salah. Entah itu jiwa perempuan dalam tubuh lelaki, atau jiwa lelaki dalam tubuh perempuan. Terlepas dari sisi agama apapun itu ataupun legalitas hukum dan negara, sosok seperti Rosi selalu menjadi warga kelas dua dan dipandang sebelah mata. Bukankah sebagai manusia mereka juga memiliki hak yang sama? Pekerjaan yang pantas, penghidupan yang layak, dan (mungkin) pengakuan terhadap keberadaan mereka.

Sosok Rosi seperti memberi pelajaran kepada pembaca untuk tidak menghakimi sosok-sosok sepertinya, bertenggang rasa dan menerima  kehadiran mereka. Jika seandainya bisa dilahirkan kembali, tak akan ada seorang pun diantara sosok seperti Rosi yang meminta dilahirkan dalam keadaan seperti saat ini. Semua pasti minta jiwanya diletakkan ditubuh yang tepat. Laki-laki untuk laki-laki. Perempuan untuk perempuan. Agar tak lagi terjadi bias dalam setiap aspek kehidupan mereka. Benar begitu???

Pic taken from here


Nah... itu dia karakter pilihan saya... Roni dalam diri Rosi. Kamu??? Apa karakter pilihanmu minggu ini???


5 komentar:

  1. clara ng paling jago bikin karakter2 kayak gini ya...dan setuju, banyak sosok kayak rosi (cw maupun cowok) yang masih nggak bisa terus terang - karna lingkungan sekitar masih judgmental sih ya =(

    BalasHapus
  2. Aku udah baca juga buku ini, kasihan memang si Rosi (dan orang2 sepertinya) gak punya tempat di masyarakat. Masalah klise dari dulu deh ini, dan di belahan dunia manapun.

    BalasHapus
  3. setuju sama pendapat Put..
    sesekali memang perlu dilihat dari segi kemanusiaan ya.. nggak bisa di judge gitu aja..

    BalasHapus
  4. ouw ini kisah tentang transgender, pantas kok buku ini banyak dibicarakan, kurang mengikuti novel dalam negeri memang :( ... ini edisi cetak ulang cover baru khan, coba ah nanti kapan-kapan cari.

    BalasHapus
  5. @ mbak Astrid : memang sulit merubah kebiasaan masyarakat yang judgmental... Itu sudah seperti karakter masyarakat tersebut...

    @ mbak Fanda : iya mbak... masalah sejak jaman dulu hingga saat ini di belahan dunia manapun namun sekian lama tak pernah mendapat solusinya...

    @ Vina : kasian melihat mereka... punya talenta namun tak dihargai karena status mereka...

    @ mbak HobbyBuku : nggak 100% tentang transgender sih mbak, certa utamanya tentang kekeluargaan... Coba deh mbak baca, mungkin ada pendapat lain tentang sosok Rosi...

    BalasHapus

Kamu datang. Kamu baca. Kamu komentar. Iya kan? :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...