Rabu, 30 April 2014

Meraba Indonesia by Ahmad Yunus

Penulis : Ahmad Yunus
Penerbit : PT. Serambi Ilmu Semesta, Juli 2011
Tebal : 370 halaman
ISBN : 978-979-024-285-2

Periode Baca : 04/10/2013 - 04/10/2013

Buku ini sudah saya miliki sejak akhir tahun 2012. Tapi karena ke-sok-an rasa nasionalisme saya, buku ini pun baru saya baca ketika saya dalam perjalanan pulang pasca PTT di Halmahera pada awal Oktober 2013. Saya pikir buku yang menceritakan tentang perjalanan dua orang wartawan mengelilingi Indonesia dalam sebuah ekspedisi Zamrud Khatulistiwa ini tepat dibaca ketika saya sedang melintasi Indonesia Timur menuju Indonesia Barat. Parahnya, setelah menulis review buku ini, saya meletakkannya entah dimana. Dan baru pada bulan Februari yang lalu saya menemukan catatan tersebut ._.

Jika kita berbicara tentang Indonesia, seberapa mengertinya kita tentang Indonesia? Indonesia itu bobrok. Pejabatnya tukang korupsi. Di beberapa daerahnya kerukunan agama itu hanya ucapan belaka. Infrastrukturnya parah. Itu kan yang paling banyak kita pahami tentang Indonesia? Hanya sebatas apa yang kita lihat di televisi dan yang kita baca di surat kabar. Dari perjalanan Ahmad Yunus serta Farid Gaban mengelilingi Indonesia yang kemudian dirangkum dalam sebuah buku singkat ini yang bisa membuka mata kita tentang apa, siapa dan bagaimana Indonesia dipandang dari sudut orang Indonesia sendiri yang telah mengelilingi Indonesia bahkan hingga ke sudut-sudut yang tak pernah diwartakan.


sumber gambar disini
Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa ini bukan sebuah perjalanan senang-senang dengan pesawat, menyinggahi tempat-tempat wisata, bercerita tentang keindahan alam dan keramahan warganya. Tapi ini adalah perjalanan menggunakan sepeda motor Honda Win modifikasi, menaiki kapal-kapal perintis diberbagai wilayah kepulauan dari bulan Juni 2009 hingga April 2010. Rekaman video, foto dan catatan tulisan berhasil diambil dalam perjalanan tersebut. Total ada 80 pulau yang mereka kunjungi selama ekspedisi Zamrud Khatulistiwa.

Buku ini bukanlah buku heroik yang menceritakan kehebatan mereka berdua dalam melintas jalanan yang penuh lumpur, menaiki kapal perintis yang sesak dengan barang dan manusia, berhadapan dengan para oknum petugas yang justru menguras warga negaranya. Buku ini adalah buku petualangan. Sebagaimana kita membaca buku petualangan lain, buku ini pun menyuguhi rasa yang sama. 

Ada rasa geli ketika mereka berdua ternyata salah lajur dan melawan arus lalu lintas diawal perjalanan mereka menuju Lampung. 

sumber gambar disini
Ada rasa marah ketika mereka menyaksikan pulau Enggano sebagai salah satu pulau terluar Indonesia terabaikan begitu saja. Pulau kecil itu memiliki sebuah bandara yang direncanakan akan melayani rute-rute kecil yang dapat menjangkau wilayah-wilayah terpencil seperti Enggano. Tapi itu hanya sebuah rencana. Bandara itu memang ada namun terbengkalai penuh rumput ilalang. Bandara pulau Enggano adalah saksi atas sebuah rencana kerja dan realisasi yang tak direncanakan dengan matang. Ia juga saksi untuk yang kesekian kalinya masyarakat pulau Enggano dikecewakan oleh janji para petinggi negeri. Ia juga saksi bahwa laut yang sering kali tak bersahabat menjadi teman dan lawan masyarakat pulau Enggano. Cukup sering kapal-kapal pengangkut tidak berani melaut karena cuaca ekstrem. Dan masyarakat pulau Enggano harus cukup kuat bertahan hidup dengan harga barang yang semakin melonjak sambil menunggu cuaca kembali baik agar kapal yang mereka tunggu bisa bersandar di pulau mereka.

Kebijakan yang diambil pemerintah acapkali tak pernah memikirkan kondisi masyakarat diluar pulau-pulau besar Indonesia. Ketika dengan santainya pemerintah mengumumkan kenaikan BBM, tak pernah ada kajian bagaimana kondisi masyarakat di daerah terpencil dan sangat terpencil harus bertahan hidup dengan harga yang melangit. Pemerintah pusat tidak pernah tahu ketika mereka meluncurkan program konversi minyak tanah ke gas alam, ada banyak masyarakat di daerah terpencil dan sangat terpencil yang kewalahan dengan minyak tanah yang langka. Saya pernah merasakan bagaimana harus membeli minyak tanah dengan harga Rp.10.000/liter dan harus berebutan dengan warga lain karena pasokan BBM terlambat datang selama lebih dari 6 bulan.

Pemerintah juga tidak pernah tahu bagaimana rumor tentang para teroris Filipina yang masuk melalui pulau Miangas dan Kepulauan Sangir Talaud berdampak pada masyarakat pulau Miangas. Sejak isu itu terbit pada 2004 hingga kini perekenomian Miangas mati. Para pedagang asal Filipina tak mau lagi membeli tangkapan hasil laut orang Miangas. Filipina satu-satunya tumpuan masyarakat Filipina karena jaraknya hanya sekitar 50,4 mil laut sedangkan jarak Miangas ke Manado sekitar 324 mil laut. 

Sejarah terulang kembali. Rumor dan isu dengan negara tetangga mematikan kehidupan masyarakat di pulau-pulau yang bertetangga dengan negara yang dimaksud. Pada tahun 50-an propaganda "Ganyang Malaysia" telah mematikan perekonomian pulau Midai di Kepulauan Riau. Padahal sejak abad ke 18 warga pulau Midai biasa menjual dan berdagang dengan Malaysia dan Singapura. Lagi-lagi masyarakat dan pulau terluar hilang dalam radar perhatian pemerintah pusat.

sumber gambar disini
Selat Malaka dan Kepulauan Natuna pun menyimpan ceritanya sendiri. Cerita tentang para oknum berseragam di Selat Malaka yang justru menjadi perompak bagi warga yang seharusnya diayomi mereka. Pungutan liar ditengah laut, setoran wajib di pelabuhan adalah makanan harian para kapal-kapal pengangkut kebutuhan sayur mayur. Perih. Perompak laut sesungguhnya adalah mereka yang diberi wewenang untuk mengusir perompak-perompak lintas negara, mereka yang tega menguras kantong warganya sendiri.

Kepulauan Natuna juga punya kepedihan sendiri. Kabarnya gas alam yang miliki pulau tersebut dijual mentah kepada negara tetangga selama puluhan tahun oleh penguasa negeri. Pendapatan Kepulauan Natuna yang mencapai triliunan Rupiah tak memberi penghidupan yang layak bagi masyarakatnya. Ada banyak masyarakat yang bekerja sebagai pemecah batu dan hidup dibawah garis kemiskinan. Kehadiran masjid agung pulau Natuna yang kabarnya dibangun dengan biaya 800 milyar Rupiah lagi-lagi menjadi penegasan jika kebijakan pemerintah jarang membawa kemakmuran bagi rakyatnya.

Semua cerita-cerita miris itu menenggelamkan kenyataan bahwa Indonesia punya berbagai kekayaan hayati. Buku ini pun merangkum keindahan Teluk Kiluan dengan tarian lumba-lumba sama seperti yang ada di Kepulauan Raja Ampat. Keindahan bawah laut di Taman Takabonerate. Sunset, sunrise, pasir putih pantai Indonesia, kekayaan bawah laut, wajah masyakarat Indonesia bahkan nasionalisme di perbatasan pun terangkum dalam satu album "Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa". Klik link-nya pasti kamu akan terpukau akan keindahan Indonesia.

sumber gambar disini
Indonesia memang tak cukup dirangkum dalam satu buku ini. Tapi saya percaya sebagaimana kata pepatah "a picture is worth a thousand words" gmbar-gambar yang telah unggah kedalam album Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa mampu menggambarkan bagaimana wajah Indonesia yang luput dari apa yang diceritakan oleh yang lain. 

Buku ini juga bukan untuk menghakimi kondisi-kondisi miris yang terjadi di Indonesia. Buku ini hanya potret agar kita yang jauh dari saudara-saudara sebangsa dan setanah air di pelosok negeri ini bisa paham, mengerti, dan mungkin tergerak untuk membantu mereka mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Sebagaimana janji yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 "melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.

"Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat..." (Soe Hok Gie)


@ Terminal 2, Soekarno -Hatta Int'l Airport
04/10/2013



PS : untuk baca bareng BBI bulan April dengan tema traveling.


2 komentar:

  1. ahhh buku di wishlistku yg belum kesampaian :D kagum banget sama yunus yg dulu pernah jadi temen seperjuangan pas masih jaman wartawan...

    BalasHapus
  2. miris ya baca ceritanya tentang Indonesia >_< aku akan segera baca buku ini!! *bubrahin timbunan

    BalasHapus

Kamu datang. Kamu baca. Kamu komentar. Iya kan? :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...