Jumat, 27 Februari 2015

Blind Eye by James B. Stewart


Sub Judul : Kisah Nyata Dokter Psikopat, Pembunuh Berantai Terkejam dalam Sejarah Amerika
Penulis : James B. Stewart
Penerbit : Dastan Books
Tebal : 552 halaman
ISBN : 978-979-397-218-3

Format : paperback
Status : punya sendiri
Lokasi Cerita : Quincy (Illinois), Ohio, South Dakota, Long Island (New York), Zimbabwe 

Periode Baca : 20/02/2015 - 25/02/2015
Rating : 3/5

Blurb : “Seorang dokter psikopat menjadi pembunuh berantai. Tiga puluh lima orang pasien tewas diracun. Sejumlah paramedis juga ikut menjadi korbannya. FBI menyatakan sang dokter bertanggung jawab atas enam puluh pembunuhan. Ia dijuluki sebagai Dokter Pencabut Nyawa....”

Tiada yang percaya bahwa seorang dokter muda yang tampan bisa menjadi seorang pembunuh berantai. Di mana pun ia praktik, Dr. Michael Swango tampak seperti seorang dokter ideal. Hingga kemudian nyawa pasiennya mulai melayang secara misterius. Namun anehnya, ia selalu bisa lolos dari tuduhan pembunuhan.

Saat tidak ada lagi rumah sakit di Amerika Serikat yang mau mempekerjakannya, Swango praktik di sebuah rumah sakit di Zimbabwe, Afrika. Korban pun kembali berjatuhan. Selama lima belas tahun bergelut dengan dunia kedokteran, Swango diyakini telah menghilangkan ratusan nyawa.

Michael Swango, dokter yang terobsesi dengan kematian yang sadis, adalah pembunuh berantai terkejam dan paling banyak memakan korban dalam sejarah Amerika. Inilah kisah petualangan mautnya....

Review

Michael Swango, dokter tampan, ramah, tak kenal lelah dan pantang menyerah. Siapa pun pasti akan memandangnya sebagai dokter yang bakal memiliki masa depan cerah. Tapi sayang, dibalik semua kelebihannya Swango adalah seorang pembunuh berantai.

Cerita dimulai di sebuah rumah sakit di Zimbabwe, Afrika dimana seorang pasien tengah terbangun dari tidurnya karena seorang dokter memasuki kamarnya dan berniat menyuntik dirinya. Ia bahkan membantu sang dokter dengan mengulurkan sedikit celananya agar sang dokter gampang melakukan tugasnya. beberapa saat setelahnya, si pasien mengeluh kaki-kakinya lumpuh. Tak bisa digerakkan.



Swango merupakan hasil didikan orangtua dimana sang ayah seorang veteran perang Vietnam yang gemar mengumpulkan artikel tentang bencana dan berbagai kecelakaan mengerikan lain, bersikap keras pada anak-anaknya serta sang ibu yang tak pernah mampu untuk mengekspresikan rasa sayangnya kepada anak-anaknya. Tapi di mata sang ibu, Swango adalah anak emasnya,. Ia mendapat perlakuan istimewa dibandingkan saudara-saudaranya yang lain. Penyebabnya tentu saja karena Swango anak berprestasi. Prestasi tersebut ditunjukkan Swango dengan berhasil kuliah pra-kedokteran di Quincy College yang kemudian berlanjut ke Southern Illinois University.

Sebenarnya "tanda-tanda" psikopat dalam diri Swango mulai terlihat ketika ia kuliah di kedua universitas itu. Ia begitu tertarik pada toksikologi dan ketika menjalankan program koassnya beberapa pasien Swango yang diperkirakan beberapa hari lagi akan pulang ke rumah dengan sehat mendadak ditemukan meninggal dunia. Begitu banyaknya pasien yang ditangani Swango meninggal dunia, teman-temannya pun menjuluki Swango dengan "Double O-Swango" yang berarti License to Kill (Izin untuk Membunuh). Hal ini kemudian menjadi skandal karena seorang mahasiswi keperawatan memergoki Swango menyuntikkan sesuatu ke infus pasiennya. Normalnya dokter tidak melakukan hal tersebut, itu adalah pekerjaan perawat. Kecurigaan semakin kuat ketika seorang pasien lainnya mengaku melihat Swango menyuntik teman sekamarnya dan kemudian meninggal dunia. Pihak RS dan universitas mencoba menutup rapat kasus ini dengan beragumen kalau kesaksian si mahasiswi dan si pasien tidak bisa dipercaya. Tak hanya itu, kelakuan Swango juga kerap dipandang aneh. Jika seorang dokter senior mengkritik pekerjaan Swango maka saat itu juga Swango akan melakukan push up beberapa puluh kali layaknya seorang anggota militer yang sedang dihukum.

Kemudian Swango berhasil masuk ke Ohio State University. Lucunya meski amat sangat tertarik dengan toksikologi dan kegawatdaruratan Swango malah masuk ke program residensi Bedah. Lagi-lagi banyak pasien yang ditangani Swango meninggal dunia. Kali ini Swango dihukum beberapa bulan penjara. Ketika ia keluar dari penjara ia mengubah namanya dan kembali memasuki program residensi. Kali ini ia mengambil program residensi Interna di University of South Dakota. Dan kejadian yang sama pun terulang kembali. Swango pun keluar lagi dari program residensi interna.

Tapi ia tak kenal putus asa. Setelah dari South Dakota, Swango mencoba peruntungannya di program residensi Penyakit Jiwa di State University Of New York. Disini hasrat membunuh Swango semakin kuat. Pasien-pasien Swango yang menjelang kesembuhan mendadak meninggal dunia. Akhirnya izin praktek Swango pun benar-benar dicabut dan banyak universitas, rumah sakit yang mengetahui kasusnya tak memperbolehkan Swango berpraktik di rumah sakit mereka. Swango lantas terbang ke Zimbabwe dan berpraktek sebagai dokter disana. Pihak Kementrian Kesehatan Zimbabwe tak pernah mencari tahu tentang asal-usul Swango. Mereka hanya terpukau oleh nama besar universitas Swango menimba ilmu dan kenyataan kalau ada seorang dokter ekspatriat yang mau bekerja dengan gaji rendah di negara mereka. Seperti sudah diduga lagi-lagi ada banyak kematian setelah Swango berpraktek disana.

Tak hanya membunuh para pasiennya, Swango kerap meracuni teman sekerjanya yang suka mengejek dirinya, kekasih-kekasihnya yang terlalu ingin tahu, atau siapa saja yang dianggap Swango terlalu mencampuri kehidupannya. Racun favorit yang kerap dipakai Swango adalah arsenik dan nikotin. Ada banyak pemeriksaan sampel jaringan yang membuktikan hal tersebut. Swango berhasil ditangkap pihak kepolisian bandara pada 27 Juni 1997 dan melalui serangkaian proses peradilan Swango dijatuhi hukuman mati yang kemudian beberapa tahun kemudian Swango mendapat keringanan hukuman menjadi hukuman seumur hidup.

My Thought

Sepanjang membaca buku ini yang saya pikirkan hanyalah "INI ORANG GILA!!! KEMANA SUMPAH HIPOCRATES YANG UDAH DIUCAPKANNYA SEWAKTU MAU MENJADI DOKTER??!!" *capslock jebol*

Tiga bintang saya berikan untuk buku ini semata-mata karena membaca buku ini agak membosankan karena di beberapa bagian Stewart menjabarkan sesuatu misalnya seorang dekan atau seorang kekasih Swango dengan begitu mendetil mulai dari lingkup pergaulan, riwayat pendidikan hingga pekerjaan sehari-hari yang sedikit sekali berkaitan dengan Swango. Sehingga terasa membosankan. Selain itu terlalu banyak nama dalam buku ini membuat saya sebagai pembaca bingung sendiri. Belum lagi bicara cover yang... yah sudahlah. Nggak usah dikomentari lagi. Kelebihan buku ini adalah terjemahannya yang lumayan nyaman dibaca dengan istilah medis yang minimal dan fonts yang digunakan cukup besar sehingga tidak membuat mata lelah.

James B. Stewart menulis buku ini dengan sangat lengkap. Dia mendatangi semua tempat kejadian bahkan berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang terlibat dengan kasus Swango seperti para dekan tempat Swango menjalani program residensinya. Tapi tentu saja ada banyak pihak yang keberatan memberikan keterangan tentang kasus-kasus kematian yang disebabkan Swango. Stewart juga mendatangi psikolog untuk mencari tahu tentang apa yang terjadi pada diri Swango sehingga ia sanggup berlaku seperti itu.

"Psikopat pada umumnya dipahami sebagai seseorang yang kurang mampu berempati dan bisa menunjukkan perilaku agresif, jahat, kriminal, atau amoral. Seorang psikopat cenderung sangat terpaku pada kegiatan dan pikiran sendiri. Kondisi itu biasanya digolongkan sebagai variasi ekstrim dan berbahaya dari gangguan kepribadian narsisistik, narsisisme menjadi terlalu cinta pada diri sendiri. Tapi ini bukan merupakan bentuk penyakit jiwa; para psikopat menyadari sepenuhnya akan tindakan mereka dan konsekuensi tindakan itu, serta dapat membedakan antara yang benar dengan yang salah." (hal. 467).

"Ciri utama kepribadian nasisistik berat adalah mereka tidak bisa membiarkan kritikan atau teguran jenis apa pun. Seorang psikopat narsisistik nyaris selalu mengaitkan kritikan atau teguran dengan penganiayaan." (hal. 472)

Setelah membaca buku ini saya jadi kepikiran, mungkin seharusnya ada tes kejiwaan lengkap yang harus dijalani seorang calon mahasiswa ketika ia ingin kuliah di fakultas kedokteran/keperawatan/psikologi atau apapun itu yang berkaitan dengan dunia medis. Agar tak terulang kasus Swango, dokter psikopat yang bukannya menyelamatkan pasiennya tapi dengan senang hati ia menghabisi nyawa pasiennya. Melupakan Sumpah Hipocrates yang pernah diucapkannya "Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan."

Pengetahuan ibarat pisau bermata dua. Dan Michael Swango dengan sengaja memanfaatkan kecintaannya pada toksikologi untuk menghabisi nyawa pasien dan meracuni rekan sekerjanya.


@ Medan
27022015


PS : postingan untuk Baca Bareng BBI Februari 2015 dengan tema "Profesi"

2 komentar:

  1. Benar sekali, dokter ini kalau benar2 ada memang GILA. Tapi untuk pembelian arsenik kan kudu pake surat surat dan prosedur yg ketat, kenapa lama banget ya kelacaknya? Apakah dijelaskan?

    BalasHapus
  2. ya ampun serem amat ya si swango. tapi pernah baca2 juga kisah2 sejenis yang melibatkan suster, perawat... yang bukannya membantu pasien tapi malah jadi serial killer. moga2 di sini nggak ada kejadian kayak gitu yaaa

    BalasHapus

Kamu datang. Kamu baca. Kamu komentar. Iya kan? :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...