Saya termasuk orang yang telat mengenal si penyihir cilik ini. Saya baru kenal sosoknya pada tahun 2001. Itu juga karena seorang teman ngotot memaksa saya untuk nonton film Harry Potter and the Sorcerer's Stone. Saya ingat saya itu saya masih setia (sampai sekarang) pada genre romance dan berpikir jika cerita tentang penyihir ini pastilah super membosankan. Teman yang lain yang tahu saya berhasil dipaksa dibujuk untuk menonton film tersebut akhirnya meminjamkan buku ini pada saya agar saya tahu bagaimana jalan cerita filmnya. Demikianlah saya pun hanyut dalam keajaiban dunia sihir Harry Potter.
Dan Harry Potter masih mampu menyihir saya dua belas tahun kemudian. Di tahun 2013 ini. Tidak peduli berapa kali buku pertama ini dibaca ulang selalu ada perasaan excited dan tidak sabar untuk segera menyelesaikan buku ini hingga serial terakhir. Seperti yang pernah saya ungkapkan dalam status facebook saya.
Semua juga pada tahu cerita Harry Potter and the Sorcerer's Stone kecuali orang-orang yang memang sama sekali tak berminat pada buku dan film. Etapi, ayah saya tahu kok siapa itu Harry Potter. Walaupun yang beliau tahu hanya sebatas Harry Potter itu penyihir. Bahkan di Wikipedia sudah dibeberkan sinopsis lengkap
buku dan
filmnya. Jadi saya akan bercerita tentang apa yang masih menyihir saya di dunia si penyihir cilik itu.
Saya masih juga terpesona pada benda-benda yang hanya dapat ditemui di dunia sihir. Seperti Topi Seleksi, Cermin Tarsah, Tongkat Sihir bahkan hingga ke Kacang Segala-Rasa Bertie Bott dan Coklat Kodok. Dan saya masih bertanya-tanya gambaran seperti apa yang bakal saya temui jika saya berhadapan langsung dengan Cermin Tarsah.
Saya masih terpesona pada pelajaran-pelajaran yang diajarkan di Sekolah Sihir Hogwarts. Dan Hogwarts itu sendiri. Pada Aula Besar. Pada asrama-asrama Griffindor, Ravenclaw, Hufflepuff dan Slyterin. Pada lukisan-lukisan yang tak henti-hentinya bergerak. Dan tentunya pada sosok yang namanya tak boleh disebut itu.
|
sumber gambar dari sini |
Trio sekawan Harry, Ron dan Hermione pun masih bisa membuat saya kagum. Bagaimana sebuah persahabatan bisa terjalin erat hingga bertahun-tahun kemudian karena sebuah aksi penyelamatan diri melawan troll. Juga pada si kembar Fred - George Weasley. Membayangkan bagaimana riuhnya kehidupan keluarga Weasley karena kehadiran duo tengil tak terpisahkan itu.
Sosok dibalik hadirnya dunia sihir itu juga makin membuat saya kagum. Bagaimana briliannya J.K. Rowling menuliskan sebuah kisah anak-anak yang mampu dinikmati oleh segala usia, penuh dengan nilai-nilai kehidupan yang bukannya tertulis dengan jelas disana namun dapat dirasa disetiap lembar ceritanya. Pelajaran tentang persahabatan baik diantara manusia maupun dengan hewan (siapa yang tak mengakui jika Harry begitu sayang pada Hedwig, burung hantunya?). Pelajaran tentang keberanian dan rasa yakin terhadap diri sendiri seperti yang diajarkan Neville Longbottom. Pelajaran ketika hidup terasa begitu berat dan tak ada satu pun yang bisa menolong namun waktu akan menunjukkan jika segala sesuatunya akan baik-baiknya pada akhirnya nanti.
"Kau harus berani menghadapinya, Neville! Dia terbiasa berbuat semena-mena terhadap orang lain, tetapi itu bukan alasan bagi kita untuk menyerah dan tidak menyulitkannya." (Ron Weasley)
Judul : Harry Potter and the Sorcerer's Stone
Judul Saduran : Harry Potter dan Batu Bertuah
Penulis : J.K. Rowling
Serial : Harry Potter #1
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, September 2000
Tebal : 384 halaman
Kategori : Children's Literature
ISBN : 9789796558513