Jumat, 31 Mei 2013

Harry Potter And The Order Of The Phoenix by J.K. Rowling

Judul : Harry Potter and the Order of Phoenix
Sub Judul : Harry Potter dan Orde Phoenix
Serial : Harry Potter #5
Penulis : Gramedia Pustaka Utama, Januari 2004
Tebal : 1200 halaman
Genre : Young Adult, Fantasy
ISBN : 9789792206524

Well.... review kali ini saya tak bercerita tentang bukunya karena pasti semua sudah mengetahui bagaimana jalan ceritanya. Jika tidak dari buku dengan tebal 1200 halaman dalam terjemahan bahasa Indonesia pasti dari filmnya. Kali ini saya akan bercerita tentang apa yang saya rasakan setelah membaca ulang buku ini.

Sebenarnya saya lebih hafal cerita versi film dibandingkan versi bukunya karena sudah tak terhitung berapa banyak saya menontonnya. Sehingga saat membaca bukunya saya berulang kali membolak-balik halaman untuk mencari adegan yang saya ingat di film tapi tidak saya temui dibuku. Contoh singkatnya, difilm Mr. Weasley merayakan Natal di rumah keluarga Black namun dibuku Mr. Weasley merayakannya di Rumah Sakit St. Mungo.

Jengkel terhadap tingkah laku Harry dalam buku ini tak lagi saya rasakan pada saat ini. Saya sudah lebih memakluminya. Biasa... usia puber. Masanya belum mampu mengontrol emosi dan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang diperbuatnya. Tapi berbeda kasusnya untuk Professor Umbridge. Saya makin kesal pada tingkahnya. Cocok dah dia itu dibaca lari para centaur. 

Dan Percy!!! Aaaaarrrrgggghhhhh!!!! *golok mana golok* Itu anak nggak punya perasaan banget. Boleh saja dia bersebrangan pandangan dengan orangtuanya, tapi masa sih dengan teganya dia tak menjenguk Mr. Weasley saat Mr. Weasley sekarat di St. Mungo dan mengembalikan semua hadiah Natal yang dibuat Mrs. Weasley dengan susah payah *kirim Percy ke Azkaban*

Untuk karakter lainnya, well... tidak terlalu banyak perubahan yang saya rasakan walau saya mengagumi keberanian yang pelan-pelan muncul dalam diri Neville Longbottom.  Khusus pada Snape, saya punya simpati besar padanya karena cerita masa lalu Snape. Bagaimana Snape di-bully oleh James Potter dan gangnya. Sosok Snape dimasa lalu pada cerita dibuku ini mewakili keadaan orang-orang yang tidak masuk level pergaulan sekolah, entah karena tidak memiliki banyak uang atau tidak memiliki pengaruh besar atau sesuatu hal yang patut dibanggakan, namun tetap harus bertahan disekolah.

Perubahan besar yang saya rasakan dari buku ini adalah saat saya menyadari saya merasa sedikit kecut dan getir saat membaca istilah Ron untuk dokter. "Muggle gila suka memotong-motong orang." Duh... *elus dada* XD


@ Halmahera 
20052013


PS :
  1. review ini adalah review dalam rangka baca bareng BBI di bulan Mei dengan tema  contemporary classic. Buku-buku yang termasuk dalam kategori klasik - kontemporer dapat dibaca disini
  2. review untuk Hotter Potter bulan Mei


2 komentar:

  1. Ini buku Harry Potter yang paling sedih untuk saya baca, karena di dalam buku ini, karakter favorit saya Sirius Black meninggal.. :(

    BalasHapus
  2. hahahaha... tadinya jawaban meme bulan ini mau kubuat 7 karakter, tapi takut kepanjangan. salah 1 karakternya Percy itulah. pengennya dia aja yang mati di no 7, jangan Fred. :D

    BalasHapus

Kamu datang. Kamu baca. Kamu komentar. Iya kan? :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...