Rabu, 01 Mei 2013

Wishful Wednesday #16

Hai... Saya kembali setelah sekian lama menghilang dari jagat pengharapan akan buku-buku keren yang harus nangkring dalam lemari buku dan harus masuk dalam blog ini sebagai buku yang saya pernah saya review. 

Terakhir kali saya mengikuti Wishful Wednesday yaitu pada dan untuk kali ini saya berencana menebus ketidakhadiran saya dengan menampilkan 3 buku impian kemarin gagal saya dapatkan di toko buku terbesar di Maluku Utara. Ketiga buku itu adalah...


Peraturannya adalah :
  1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  2. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky. Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  3. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)
  4. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
Dan... pilihan saya minggu ini jatuh pada....



Detil Buku :
  • Judul : Selimut Debu : Impian dan Kebanggaan dari Negeri Perang Afghanistan
  • Penulis : Agustinus Wibowo
  • Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Afghanistan. Nama negeri itu sudah bersinonim dengan perang tanpa henti, kemiskinan, maut, bom bunuh diri, kehancuran, perempuan tanpa wajah, dan ratapan pilu. Nama yang sudah begitu tidak asing, namun tetap menyimpan misteri yang mencekam.

Pada setiap langkah di negeri ini, debu menyeruak ke rongga mulut, kerongkongan, lubang hidung, kelopak mata. Bulir-bulir debu yang hampa tanpa makna, tetapi menjadi saksi pertumpahan darah bangsa-bangsa, selama ribuan tahun.

Aura petualangan berembus, dari gurun gersang, gunung salju, padang hijau, lembah kelam, langit biru, danau ajaib, hingga ke sungai yang menggelegak hebat. Semangat terpancar dari tatap mata lelaki berjenggot lebat dalam balutan serban, derap kaki kuda yang mengentak, gemercik teh, tawa riang para bocah, impian para pengungsi, peninggalan peradaban, hingga letupan bedil Kalashnikov.

Agustinus Wibowo menapaki berbagai penjuru negeri perang ini sendirian, untuk menyibak misteri prosesi kehidupan di tanah magis yang berabad-abad ditelantarkan, dijajah, dan dilupakan. Menyibak cadar negeri cantik nan memikat, Afghanistan.

[Agustinus] tak ingin hanya menjadi penonton isi dunia. Ia mau terlibat sepenuhnya dalam perjalanan itu. Ia tak sekadar melihat pemandangan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga mengenal budaya dan berinteraksi dengan masyarakat setempat.
–Kompas–

Terserah deh buku ini bisa saya dapatkan dengan cover yang mana pun. Yang penting saya harus punya. Kedua covernya sama-sama mengagumkan. Sederhana namun membuat mata tak bisa berpaling #ttssaahhh Cover yang sebelah kiri dengan jelas bercerita tentang isi bukunya. Negeri Timur Tengah dengan pakaiannya yang khas. Dan jika mau diperhatikan lebih lanjut lagi warna covernya yang kuning kecoklatan seolah nyaris menggambarkan suasana padang pasir saat debu-debu berterbangan sesaat ketika kuda-kuda yang ditunggangi para khalifah itu lewat *oke, abaikan imajinasi saya ini* Cover yang sebelah kanan hhhmmmm.... siapa sih yang bisa melewatkan pandangan mata besar dan bulat yang bercerita tentang apapun yang terjadi disana. Begitu tepat dengan sepenggal kalimat "mata adalah jendela jiwa.
Kemarin saat berada di Ternate saya sudah melihat stok buku ini tinggal 1 disana dan saya berniat menggambilnya walau yah... agak sedikit mahal harganya. Kalau tidak salah sekitar Rp. 75 ribu. Sayang setelah para pramuniaga membongkar-bongkar toko buku yang seiprit itu (yang saya rasa tidak dengan ikhlas mereka lakukan karena lebih banyak mengobrolnya daripada membongkarnya. Dan tidak membongkar sih tapi hanya melihat deretan buku di rak-rak yang ada selama 20 menit) memutuskan jika buku itu tidak ada. Alasan mereka sih jika buku hanya tinggal satu biasanya costumer suka meletakkannya dimana saja. Bagi saya sih mereka itu malas dan tidak mengerti pembagian buku berdasarkan genre yang sesuai *nanti saya curhat tentang ini pada postingan yang lain*


Detil Buku :
  • Judul : Garis Batas : Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah
  • Penulis : Agustinus Wibowo
  • Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Sinopsis Goodreads

Penduduk desa Afghan setiap hari memandang ke “luar negeri” yang hanya selebar sungai jauhnya. Memandangi mobil-mobil melintas, tanpa pernah menikmati rasanya duduk dalam mobil. Mereka memandangi rumah-rumah cantik bak vila, sementara tinggal di dalam ruangan kumuh remang-remang yang terbuat dari batu dan lempung. Mereka memandangi gadis-gadis bercelana jins tertawa riang, sementara kaum perempuan mereka sendiri buta huruf dan tak bebas bepergian.

Negeri seberang begitu indah, namun hanya fantasi. Fantasi yang sama membawa Agustinus Wibowo bertualang ke negeri-negeri Asia Tengah yang misterius. Tajikistan. Kirgizstan. Kazakhstan. Uzbekistan. Turkmenistan. Negeri-negeri yang namanya semua berakhiran "Stan". Perjalanan ini bukan hanya mengajak Anda mendaki gunung salju, menapaki padang rumput, menyerapi kemegahan khazanah tradisi dan kemilau peradaban Jalan Sutra, ataupun bernostalgia dengan simbol-simbol komunisme Uni Soviet, tetapi juga menguak misteri tentang takdir manusia yang terpisah dalam kotak-kotak garis batas.


Petualangan Agustinus Wibowo di buku ini seakan mengajak kita untuk masuk dan melihat sendiri tempat-tempat yang selama ini tersembunyi di peta dunia. – Andy F. Noya

Kemarin buku ini ada banyak di rak display toko buku. Tapi terlepas dari genggaman tangan saya begitu saya melihat harganya. Kantong saya lagi kering sekering-keringnya. Dan buku itu dibandrol sekitar Rp. 115 ribu. Berat, jendral!!! Untuk kantong kering saya. Buku ini cuma saya elus-elus, saya pegang-pegang, lantas kemudian diletakkan kembali di raknya dengan perasaan tidak ikhlas *nangis dipojokan sambil berpikir kenapa harganya semahal itu*


Detil Buku :
  • Judul : Titik Nol : Makna Sebuah Perjalanan
  • Penulis : Agustinus Wibowo
  • Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
sinopsis Goodreads (link buku pilihan ke link Goodreads)

Perjalananku bukan perjalananmu
Perjalananku adalah perjalananmu

Jauh. Mengapa setiap orang terobsesi oleh kata itu? Marco Polo melintasi perjalanan panjang dari Venesia hingga negeri Mongol. Para pengelana lautan mengarungi samudra luas. Para pendaki menyabung nyawa menaklukkan puncak.

Juga terpukau pesona kata "jauh", si musafir menceburkan diri dalam sebuah perjalanan akbar keliling dunia. Menyelundup ke tanah terlarang di Himalaya, mendiami Kashmir yang misterius, hingga menjadi saksi kemelut perang dan pembantaian. Dimulai dari sebuah mimpi, ini adalah perjuangan untuk mencari sebuah makna.

Hingga akhirnya setelah mengelana begitu jauh, si musafir pulang, bersujud di samping ranjang ibunya. Dan justru dari ibunya yang tidak pernah ke mana-mana itulah, dia menemukan satu demi satu makna perjalanan yang selama ini terabaikan.


"Agustinus telah menarik cakrawala yang jauh pada penulisan perjalanan (travel writing) di Indonesia. Penulisan yang dalam, pengalaman yang luar biasa, membuat tulisan ini seperti buku kehidupan. Titik Nol merupakan cara bertutur yang benar-benar baru dalam travel writing di negeri ini."
—Qaris Tajudin, editor Tempo dan penulis novel.

Buku ini nangkring di rak display di pintu masuk toko buku yang itu. Sejak dari awal saya sudah terus-terusan melirik buku ini. Tapi kejadiannya sama seperti Garis Batas. Harganya tak bersahabat dengan kantong kering saya. Rp. 115 ribu (atau Rp. 125ribu yah? saya lupa. Yang pasti harganya diatas Rp. 100ribu). Dan yak... buku ini juga saya elus-elus, saya pegang-pegang selama beberapa saat dan bahkan tergoda untuk membawanya ke kasir. Tapi terhenti begitu mengingat kondisi dompet saya. *balik ke pojokan* *nangis lagi*

Yup... Ketiga-tiganya adalah buku dari Agustinus Wibowo. Bukan berarti karena beliau banyak dibicarakan saat ini karena bukunya yang best-seller lantyas saya jadi ikut-ikutan pengen punya bukunya. Tapi karena saya suka cerita-cerita tentang perjalanan. Bukan sekedar perjalanan ke suatu tempat lalu bercerita tentang lokasi wisata dan penginapan serta hal-hal yang mesti dicoba dan menjadi rekomendasi di daerah tersebut. Bukan itu. Perjalanan adalah mencari makna di setiap langkah yang kita lakukan dan bagaimana kita menyerap kearifan-kearifan lokal di setiap tempat yang kita singgahi. Dengan begitu kita memiliki sebuah kisah abadi tentang perjalanan yang kita lakukan. Bukan sekedar lembar-lembaran foto yang menunjukkan kita pernah berada disana. Dan saya yakin ketiga buku yang masuk dalam Wishful Wednesday ini memenuhi keinginan saya.

Yah... mudah-mudahan saja buku ini cepat terdepak dari daftar wishlist saya. Entah bagaimana caranya. Atau mungkin ada orang yang khilaf memberikannya buat saya #bukankode #tapidoa :D Amin... *berdoa dengan khusyuk*



4 komentar:

  1. semoga segera berjodoh ya ^^
    kumpulan kisah perjalanan agustinus itu berkarakter, jadi dia punya pembaca setianya sendiri.
    titik nol juga jadi WW ku beberapa minggu lalu.
    salam kenal, putri :)

    BalasHapus
  2. ups, tinggal 1 yang belum punya, Selimut Debu, padahal udah baca, hehehe

    BalasHapus
  3. waduuuh jadi pengen cepetan baca garis batas yg udh ada di timbunan, biar bisa belanja buku yg 2 lagi hihihi...semoga kesampaian put!!

    BalasHapus
  4. whi.. jadi ikut tertarik karena baca sinopsisnya!
    semoga terwujud yaa ^^

    BalasHapus

Kamu datang. Kamu baca. Kamu komentar. Iya kan? :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...