Rabu, 12 Desember 2012

Buku Ajar Koas Racun by Andreas Kurniawan

-->

*bingung, harus mulai review dari mana*
…………
……………………..
………………………………………….

Mungkin ada baiknya kalau saya ceritakan sedikit tentang perjuangan saya #tsaaahhh mendapatkan buku ini…
Jadi ceritanya, di Hari Kejepit Nasional kemarin, saya main-main ke G**m*d** Ternate. Niatnya sih mau mencari buku buat baca bareng Blogger Buku Indonesia bulan November kemarin. Waktu di tekapeh, saya mulai dah mencari “Cerita Cinta Enrico”nya Ayu Utami. Lagi sibuk-sibuknya muter-muter toko buku yang cuma seiprit itu besarnya saya melihat banyak pegawainya yang lalu lalang gak tentu arah, bengong kayak sapi bego. Langsung deh sifat iseng saya kumat. Saya meminta mereka mencarikan buku “Seekor Anjing Mati di Bala Mughrab” dari Linda Christanty, yang dari database komputer mereka jumlah buku itu tinggal 5 eksemplar.  Berniat ikut “membantu” mereka mencari buku yang saya mau pelan-pelan saya mulai menelusuri rak buku lokal dan…. tertambatlah hati mata saya pada Buku Ajar Koas Racun. Buku itu pun segera berpindah ke kasir untuk segera diserahterimakan kepada saya.

Saya mengenal buku ini dari reviewnya @asdewi yang langsung masuk ke shelves wishlist di akun goodreads saya. Oke… cukup pembukaannya. Sekarang kita mulai reviewnya.
Bahasan kita mulai dari covernya. Dengan tagline “Panduan Wajib Bertahan Hidup untuk Koas dan Mahasiswa Kedokteran”  rasanya cukup membuat penasaran pembaca. Ditambah dengan cover kartun seorang koas cowok lengkap dengan senyum lebar, dasi, dan stetoskop tergantung di lehernya. Hhhmmm… okelah. Tapi serasa ada yang kurang di gambar tersebut. Stetoskop? Sudah. Jas koas? Sudah. Jadi apa lagi? Yang kurang itu adalah badge name yang wajib digunakan oleh setiap koas untuk memudahkan konsulen, residen, perawat, bidan, atau siapa saja mengidentifikasikan siapa koas yang sedang bertugas.
Senyum lebar si koas jadi mengingatkan saya pada hari pertama saya memulai koas. Senyum itu seolah berkata “it’s a final step to get your tittle.”  Gambar stetoskop, laporan jaga, bahkan gambaran foto Roentgen thorax ikut meramaikan covernya. Gambar wajah dengan bola mata yang hampir mendelik keluar, memakai masker hijau, dan head lamp dan ID twitter @koasracun adalah suatu trik yang cukup cerdas untuk semakin mempopulerkan atau minimal memperkenalkan dari mana muncul kata “koas racun” pada judul buku. Cerdik tanpa harus "menjual" diri.
Apa yang dibahas dalam buku ini? Semua hal sejak masa awal masa kuliah hingga saat koas. Tagline-nya saja sudah berkata seperti itu. Cerita dibuka oleh sebuah pengantar yang cukup panjang. Menjelaskan apa itu koas dan bagaimana awal mulanya akun @koasracun terbentuk. Di bagian pengantar ini saja Anda sudah mulai mengerutkan kening membaca arti koas. Ya, koas, alias dokter muda, alias co-schapp (dosen saya masih menggunakan istilah ini. Jangan tanya artinya karena saya juga kurang begitu paham *ditoyor massal*), punya arti pembantunya pembantu. Guyon diantara anak-anak koas yang saya ingat adalah koas itu keset kakinya rumah sakit. Di rumah-rumah sakit pendidikan Anda akan terbiasa mendengar teriakan atau minimal panggilan "dokter muda", "Mbak/Mas DM", atau............... "KKOOAAAAAAAAAAASSSSS"
Jaga malam adalah salah satu kegiatan yang wajib dijalani seorang koas namun jika bisa melarikan diri dari kewajiban itu pasti akan lari juga. Bukan malas tapi lebih cenderung ingin beristirahat karena keesokan paginya harus menjalani lagi koas, bukan malah pulang dan beristirahat. Di bagian jaga malam ini Anda juga akan menemui mitos-mitos yang dipercaya para koas untuk meolak atau memanggil pasien. Salah satu mitos legendaris adalah jangan pernah berbicara "tumben pasien kosong", maka pasien akan datang tanpa henti. Percaya tidak percaya akan mitos tersebut, namun sering terbukti kebenarannya. Padahal sebagai koas, kami dituntut untuk berpikir analitis dan realistis.
Berbagai praktikum yang harus dijalani sewaktu jaman kuliah juga ikut dibahas. Praktikum apa saja? Banyak. Apa saja yang dipraktikumkan? Singkatnya, pikirkan apa yang bisa dikeluarkan oleh tubuh pasti pernah diperiksa di beberapa praktikum. Jorok? Ya gitu deh. Bikin muntah? Hhhmmm... ada sih beberapa mahasiswa. Bikin nggak selera makan? Eng.... Gak juga. Kalau perut lapar, praktikum pasti akan lenyap dari pikiran.
Anda merasa jika dokter itu tulisannya cakar ayam, tidak terbaca, dan tulisan paling jelek yang pernah ada? Andreas Kurniawan akan menjawab mengapa tulisan dokter bisa begitu jelek padahal sepanjang pendidikan di kampus dan rumah sakit tidak pernah ada mata kuliah atau koas "Menulis Jelek". Tapi ya... siapa juga yang tulisannya tetap bagus kalau harus menulis berlembar-lembar kertas double folio dalam waktu setengah hingga satu jam. Atau tulisan siapa yang akan tetap terbaca ketika telah menulis resep pasien yang ke 30 dalam waktu sekian jam.
Topik favorit saya dalam buku ini jelas bab "Koas dan Film" dan sinetron. Khususnya sinetron Indonesia. Tidak perlu saya bahas keanehan-keanehan medis yang terdapat dalam (hampir semua) sinetron Indonesia. Buku ini sudah mengupas tuntas. Tapi satu pesan saya, jangan pernah percaya pada adegan ngopi-ngopi cantik dan ganteng dengan sinar matahari yang diperkirakan sudah menunjukan pukul sepuluh pagi ala koas di film Badai Pasti Berlalu. Percayalah! Jam segitu para koas sudah berkutat dengan pasien, residen, dan konsulen.
Atau adegan sinetron koas dengan jas koasnya lari sekencang-kencangnya di koridor rumah sakit. Percayalah, semua orang khususnya konsulen akan memarahi koas bila ia lari sekencang-kencangnya di koridor rumah sakit. Dan tidak mungkin lari-lari di koridor rumah sakit. Pasien terlalu banyak berlalu lalang. Koas memang pasti pernah berlari-lari di koridor rumah sakit, tapi itu biasanya dilakukan dengan kalau RS sudah dalam keadaan kosong, seringnya tengah malam, dan situasi di sekitar koas menyeramkan, dan pasti akan berhenti pura-pura jalan cepat jika dikejauhan sudah terlihat konsulen berjalan menuju si koas.
Jadi ingat salah satu cerita saat jaga malam. Hari itu di salah satu dari sekian banyak jaga malam. Jam 4 pagi seorang residen (calon dokter spesialis) cowok menyuruh saja mengambil sesuatu di kamar operasi. Sementara jarak saya berada saat itu dengan ruang operasi cukup jauh. Gagah berani saya jalan santai menuju ruang operasi. Tiba di persimpangan kantin dengan ruang rapat saya baru menyadari jika saya hanya sendiri, dengan pohon beringin besar di hadapan saya dan... langsung saya saya teringat pada kabar burung yang berkata beberapa malam sebelum saya jaga malam itu seorang teman koas mendengar ada suara perempuan menangis dari pohon beringin tersebut. Reka-reka sendiri deh akhirnya saya bagaimana. Kalau mau disampaikan pemikiran akan akhir cerita saya malam itu, boleh kok ditulis di kolom komentar.
Typo adalah kekurangan buku ini. Mudah-mudahan di cetakan selanjutnya hal tersebut bisa diperbaiki. Ohya, di buku ini juga diselipkan beberapa gambar atau karikatur. Anda akan terhibur membacanya.
Sinis namun kritis walau kadang bikin meringis, merupakan gaya penulisan buku ini. Bagi para koas, mahasiswa kedokteran, atau mereka yang berminat untuk kuliah kedokteran, buku ini cukup memberikan gambaran luas bagaimana kehidupan mahasiswa FK yang (katanya) mentereng itu. Bagi para mantan koas (seperti saya) buku ini menjadi pengingat akan masa-masa kacrut yang penuh kenangan itu.

Tanya: Masuk fakultas kedokteran susah nggak sih?
Jawab : Masuknya gampang kok, selama gerbang depan terbuka dan selama masih dalam jam kerja. Kalau perlu bantuan, tinggal tanya sama satpam yang jaga di depan. Kalau sudah berhasil masuk, jangan lupa update status fb atau twitter: "Yes! Gue berhasil masuk FK!!! Makasih Koas Racun buat saran-sarannya."
Tanya: Kalau ujian masuknya susah nggak?
Jawab: Ujian masuknya gampang. Cuma 1x ujian. Ujian biar bisa keluar sambil bawa gelar sarjana kedokteran dan gelar dokter, itu yang susah.

Cerdas sekaligus menohok. Good job @koasracun
Judul : Buku Ajar Koas Racun
Penulis : dr. Andreas Kurniawan
Penerbit : Mediakita, Oktober 2012
Tebal : 256 halaman
Kategori :Personal Literature
ISBN : 978-979-794-365-3


6 komentar:

  1. racunnya mana dok,mana?
    *nenggak madu*

    BalasHapus
  2. hehehe, kalo aku beberapa hari yang lalu ngerjain orang2 grm, nayri buku buat ss, di databse ada, bukunya gak ada. banyak optugas dikerahn tapi ya gak ketemu tuh buku, apes
    #malahgakkomenbukunya

    BalasHapus
  3. Kira-kira kalau yang baca bukan anak FK bisa nangkap lucunya ga, put?

    BalasHapus
  4. Saya juga kebetulan sudah beli buku ini, cuma belum sempat baca.. #kabur mau baca dulu.. :)

    BalasHapus
  5. Saya sudah datang, sudah baca, dan sekarang mau komentar. Terima kasih sudah bersedia mereview buku ini :) terima kasih juga sudah mereview dari sisi kinclong dan sisi ulkusnya juga. Kami sadar masih banyak kekurangan di buku ini, justru kritik dan saran dari pembaca yang membuat kami terus penasaran ingin berkarya.

    *colek pakai scalpel*

    Terima kasih yaa.

    BalasHapus
  6. yeph2 udah beli buku ini, udah dapet ttd nd fotonya juga, hohoho *astaga pamer banget* yeph2! bukunya lucu salut banget... kamu ga pengen nyoba bikin buku juga?
    oya lancong ke blogku yaaa, hehehhee...

    BalasHapus

Kamu datang. Kamu baca. Kamu komentar. Iya kan? :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...